Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya Pukul Lalat-lalat Itu!

19 Juli 2021   16:50 Diperbarui: 19 Juli 2021   16:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya Pukul Lalat-Lalat Itu!

 Abu Nawas telah tiba dari pasar, tatkala ia melihat beberapa orang menggali halamannya. Ia sontak terkejut dan bingung. Gundukan tanah dan dan bebatuan berserak dimana-mana. Halaman itu kelihatan kotor berantakan. Abu mendekati orang-orang tersebut dan bertanya, "Heh, apa kalian lakukan di sini?"

Mereka tak menjawab. Salah seorang dari mereka menunjukkan surat titah pada Abu. Abu membaca surat tersebut. Surat itu menerangkan bahwa Sang Sultan memberikan titah kepada orang-orang tersebut untuk menemukan sebuah harta karun yang terkubur di halaman Abu Nawas.

Selang beberapa waktu mereka menghentikan penggalian. Mereka tidak menemukan harta karun apapun. Lantas, mereka meninggalkan halaman itu, begitu saja! Halaman tersebut sedemikian morat-marit. Abu Nawas naik pitam tapi tak dapat berbuat apapun. 'Ia akan membayar semua ini!' gerutunya dalam batin.

Keesokan harinya, Abu pergi ke istana sambil membawa sebuah piring. Ia menutupi piring itu dengan selembar serbet. Ketika ia menghadap Sang Sultan, ia lantas bilang, "baginda, ini mahluk-mahluk yang telah mencuri makanan saya." Setelah berbicara demikian Abu menyibak serbet itu dan beberapa lalat terbang-bang dari piring.

"Jadi, lalat-lalat itu yang telah mencuri makananmu?" tanya Sang Sultan.

"Benar, Paduka. Tolong, berikan saya surat titah untuk memburu lalat-lalat itu."

Permintaan Abu nampak edan bagi Sang Sultan. Namun, bagaimanapun juga, ia memberikan satu untuk Abu. Setelah mempunyai surat titah Abu mulai memburu lalat-lalat itu di pasar. Ketika ia melihat beberapa lalat nemplok di beberapa jeruk ia langsung pukul lalat-lalat itu. Lalat-lalat itu terbang jauh-uh tetapi jeruk-jeruk jadi benjut-jut. Penjual itu menjadi berang pada Abu tapi Abu masa bodoh.

Beberapa saat kemudian ia melihat seekor lalat hinggap di atas sebuah melon yang besar. Ia pukul lalat itu tapi meleset. Tongkat Abu justru menghantam melon itu. Melon itu jatuh hancur-cur. Tentu saja, si penjual marah padanya. Abu meninggalkan tempat itu begitu saja!

Para penjual buah mendatangi Sang Sultan dan mengadukan kejadian ini. Sang Sultan memerintahkan Abu untuk menerangkan di hadapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun