Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Paradoks Kegilaan dan Titik Nadir Kemanusiaan

2 Mei 2021   16:57 Diperbarui: 2 Mei 2021   18:03 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar merupakan hasil screenshoot pada durasi 03:37 (Dokpri)

Berdasarkan jawaban inilah penonton akan diajak memulai untu menilai bagaimana statemen seorang dokter serta cara pandang dunia medis terhadap kelompok difabel grahita. 

Adegan inilah yang menjadi pengantar mendalami berbagai macam cara pandang dunia medis maupun berbagai macam stereotipe masyarakat umumnya terhadap kelompok difabel grahita seperti aib, kejahatan memiliki keluarga difabel sehingga harus dibuang, dijauhkan dari dunia luar.

gambar merupakan hasil screenshoot pada durasi 03:37 (Dokpri)
gambar merupakan hasil screenshoot pada durasi 03:37 (Dokpri)

Adegan kemudian berganti di tengah hutan belantara berkabut. Seorang mahasiswa Oxford University yang mengampu pendidikan spesialis kejiwaan menuju Stonehearts Asylum. Sambil berjalan masih peringatan Dr. Newgate pada perkuliahan ditampilkan (pada durasi 3:37).

Seolah-olah penonton merasa terngiang-ngiang satu prinsip bahwa, "And therein lies the paradox of insanity and the great peril of our profession... as you embark on your careers as alienists, believe nothing that you hear and only one half of what you see." Dan disitulah letak paradoks kegilaan dan resiko besar dari profesi kita... saat kalian memulai karir sebagai ahli penyakit jiwa, jangan percaya yang kau dengar dan hanya satu setengah dari apa kau lihat.

Lelaki itupun akhirnya mendapat tumpangan dokar. Seorang gadis meyakinkan ayahnya untuk menerima permohonannya menumpang. Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit Jiwa, terjadi dialog yang sangat menarik penuh misteri antara si gadis dan si mahasiswa itu. "Pada awalnya dia tidak ingin berhenti, karena anda mungkin orang gila yang melarikan diri, tapi aku meyakinkannya anda tak mungkin orang gila. Karena anda sedang menuju ke arah Rumah Sakit Jiwa, bukan menjauhinya...Dan anda hanya terlihat seperti orang yang hanya tersesat, bukan tersesat pikirannya. Anda mungkin akan jadi yang terbaik, anda punya sorot mata yang baik".

Namun, diakhir film nanti, penonton akan dikejutkan bahwa si mahasiswa yang menuju Stonehearts Asylum ternyata seorang mahasiswa pasien Dr. Edward Newgate yang mengidap Pseudologia Fantastica yang sangat terobsesi kepada Eliza Graves sehingga suatu kali ia kabur dan berhasil menyamar menggunakan identitas Dr. Edward Newgate. 

Belakangan dari perkataan si gadis pada durasi 05:10 inilah penonton akan bertanya-tanya bagaimana mungkin ada orang gila yang kabur dari RSJ hanya untuk masuk ke RSJ yang lain? dan mulailah apa yang disebut paradoks kegilaan!

Kejanggalan Dunia Medis dan Paradoks Kegilaan

Barangkali cara pandang terkini dunia medis terhadap kelompok difabel grahita telah jauh berbeda dari suasana latar belakang waktu dalam film ini tahun 1899 dimana belum tercetus diskursus hak asasi manusia dan kajian difabel sebagai kelompok rentan mendapat diskriminasi.

gambar hasil screenshoot keadaan letak geografis latar tempat (dokpri)
gambar hasil screenshoot keadaan letak geografis latar tempat (dokpri)

Pada adegan selanjutnya, setibanya Edward Newgate tiba di depan RSJ, penonton akan menyaksikan bagaimana kelompok difabel grahita mendapat berbagai macam perlakuan tidak manusiawi bahkan di dalam praktik penyembuhan dunia medis. Mereka diisolasi, dijauhkan, diasingkan dari dunia luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun