Berbeda dengan kebanyakan orang, baik Ramadan maupun tidak play list teratas dan tersering musik saya tetap Koes Plus. Untuk urusan musik bulan Ramadan saya meniru puasa ular. Tidak mendengarkan music di jam-jam yang sekiranya produktif dan berpotensi mengganggu, mengendorkn produktifitas saya dan mendengarkan di jam-jam ketika saya malas untuk mendongkrak ide, semangat kerja saya.
Mengapa Koes Plus bukan Maher Zain?
Tidak ada yang salah dengan musik yang dibawakan Maher Zain atau penyanyi, musisi musik religi. Hanya saja Koes Plus, baik musik maupun liriknya cocok bagi saya yang orang kampung.Â
Liriknya sarat akan nasihat, kadang-kadang juga humor dalam gaya parikan atau berpantun, sederhana, begitu polos tanpa metafora yang berlebih. Iramanya, membuat energik bagi lagu-lagu seperti Omah Gubuk, Til Kontal Kanthil, Surak Sorgung, Jamane. Bagi beberapa judul seperti Ayah, Maria, Doa Suciku iramanya bahkan bisa mengajak kita bersimpatik, sedih.
Melalui lirik-lirik yang sarat kritik, nasihat itulah saya menemukan poin penting bahwa Koes Plus tengah menyiarkan hakikat berpuasa pada pendengarnya. Berpuasa, awas terhadap kecongkakan, kedigdayaan, kemalasan, keteledoran, kesombongan, keegoisan.Â
Berpuasa untuk eling atau ingat terhadap Tuhan Yang Menciptakan Waktu, Yang Menciptakan Hidup sehingga kita senantiasa bersemangat, bersosial, tidak menghina sesama, gotong-royong, ulet, teliti dalam bekerja. Syiar-syiar hakikat puasa itu sangat kentara dalam lagu-lagunya seperti Kolang-Kaling, Tul Jaenak, Ojo Podo Nelongso, Kembang Enceng-Enceng.
Pagupon omahe dara
Wetan-kulon akeh segara
Nyambut gawe ojo sembrono
Mengko mundhak uripe sara
Â
Lang kaling konco, diirisi