Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan Masa Kecil: Dari Takut Masuk Neraka Sampai Takut Masuk Surga

19 April 2021   23:09 Diperbarui: 19 April 2021   23:53 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengakuan sudah dewasa itulah kadang yang membuat seolah-olah derajat kita naik dari seorang anak bawang dalam permainan. Tentu saja diakui sudah dewasa dalam pikiran kami waktu itu adalah bisa adigang dan adiguna terhadap mereka yang anak bawang ingusan. Salah satu praktek adigang dan adiguna itu seperti ketika si dewasa memberi teka teki kepada si bocah.

            "Saya kasih tebak-tebakan. Tapi kalau enggak bisa jawab kamu saya jitak! Bagaimana?"

            Tentu kami tidak bisa bilang tidak. Kalau kami menjawab tidak tentu kami mendapat cemoohan macam-mcam.

            "Ayo kamu sudah hatam juz ama', sudah ngaji, sudah bisa solat. Sekarang aku tanya, kalau solat di langgar dosa atau tidak?" kata si adigung.

            "Dosa lah. Kata Pak Kyai kan harus solat" jawab si bocah.

            Kletuk! dan kepala kami benjol.

            "Solat di langgar kok dosa? Bedun. Ya enggak lah! Kecuali kalau solat dilanggar."

Kadang-kadang dari tebak-tebakan yang mengandung humor begini timbul perkelahian. Bahkan meskipun sudah dilerai oleh orang dewasa, kami yang berkelahi masih saling ejek dengan meneriaki nama orang tua kami.

Namun meskipun sore berkelahi malam kami akur lagi. Mencari jangkrik adalah metode resolusi konflik terbaik waktu itu. Ya, setelah tadarus kadang kami mencari jangkrik untuk kami adu dan untuk penjaga lumbung padi rumah kami dari tikus.

Salah satu kultum Ramadan yang paling umum adalah penyampaian istimewanya Lailatul Qadar. Bagi bocah seperti kami mendengar kultum demikian kami tidak terlalu bergairah memburunya. Kualitas kebaikan kami juga tidak kami tingkatkan. Tapi kalau sudah dikultumi masalah surga banyak dari kami semangat. Namun, dari semua teman sepermainan saya, barangkali hanya saya yang pernah berpikir takut masuk surga. Bukan sungkan lagi seperti Abu Nawas, tapi takut.

Tidak ada yang mempengaruhi ketakutan saya. Tidak juga ada bisikan setan yang saya dengar. Saya hanya tidak mendapat penjelasan rasional dari pertanyaan-pertanyaan konyol saya seperti, "di surga di bawahnya ada sungai arak dan madu, airnya susu. Lantas bagaimana di surga ada ikan nila kalau airnya susu? Saya tidak bisa mancing dong. Lagian kalau sungainya arak toh mbah pernah bilang kalau orang jawa harus menghindari mo-limo yang salah satunya dilarang mabuk".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun