Bagong diam cep. Petruk hanya menikmati perdebatan dua saudaranya. Tiba-tiba Gareng meninggalkan lapaknya menuju ke fotocopy. Bagong dan Petruk saling berbalas pandang dengan tetap terdiam. Gareng kembali membawa beberapa nota ditangannya.
      "Saya tunjukin nih Gong jualan pakai nota kosong pakai ilmunya mahasiswa. Laku apa enggak?"
      "Ya kalau laku Reng tapi harus nunggu seminar kebangsaan. Kalau enggak sabar nunggu ya jual saja ke Pak Gudik"
      Dari kejauhan Jaiman teriak kepada tiga ponokawan itu, "Gareng, Petruk, Bagong... Jangan kabur, jangan bohong lho! Itu dia ibu-ibu, bapak-bapak, mbah-mbah, adik-adik! Kita akan melihat mereka menyiapkan bahan menu buka puasa ala koruptor! Ya menu buka puasa koruptor! Belum pernah nyoba kan?"
      "Ya, ayo kita cari bahan-bahannya! Saya buatkan menu buka puasa ala koruptor khusus untuk Gusti Ratu Puntadhewa!" jawan Bagong lantang.
      Sambil menepuk jidat Gareng dan Petruk mulai berkeringat dingin.
      "Heh?! Kenapa Truk? Kenapa Reng? Katanya mau kita urus nanti dan kita bawa ke Gusti Ratu Puntadhewa" tanya Bagong lirih.
      "Mati aku!" kata mereka dalam batin.
Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Catatan : Gusti Allah ora sare atau Tuhan (Allah) tidak tidur merupakan konsep dalam masyarakat Jawa yang sangat membantu masyarakat miskin di Jawa yang tertindas untuk survive. Dalam konteks tulisan ini dipakai untuk menggambarkan keadaan kekalahan tapi tidak terjatuh atau dalam bahasa Soekarno seperti rotan yang hanya melengkung tapi tidak patah. Bagi masyarakat jawa umumnya dalam konsep ini juga erat kaitannya dengan optimisme (berprasangka baik kepada Allah) menyerahkan segala keberhasilan maupun ketidakberhasilan setelah melakukan usaha.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI