"Semprul! Lha sekarang jualan apa dia?"
      "Nah itu, saya juga tak tau. Tapi Gareng kan enggak punya bakat jualan, apalagi jual nama."
      Tanpa sadar mereka mengobrol sepanjang jalan dan diikuti oleh Jaiman yang memukul kentongan diiringi beberapa orang-orang yang percaya tak percaya, penasaran tak penasaran -- pikir mereka, "Ya daripada ngabuburit gitu-gitu saja mending ngikutin orang gila sekali-kali".
      Berderet lapak dijalan utama desa Karang Kadempel. Dan itulah si Gareng -- lapak paling sepi yang diapit lapak Pak Gudik dan Mak Engket.
      "Kang!" seru Petruk.
      "Loh Truk! Kok banyak rombonganmu? Wuh! Kok ada Jaiman? Wuh! Bagong ikut juga."
      "Gimana kabar Kang?" tanya Petruk.
      "Iya. Kabarmu gimana Reng?" tanya Bagong.
      Ketiga pohokawan itu bertemu kangen. Udar rasa.
      Sementara itu, kehadiran Jaiman di tenah jalan utama yang diikuti beberapa warga ternyata menjadi tontonan. Banyak mereka merekam tanpa memberi saweran. Namun, Jaiman terus saja memukul-mukul kentongan sambil bilang, "Mau tahu bahan-bahan menu buka puasa ala koruptor? Bagong, Petruk dan Gareng tahu resepnya lho!"
      "Asem apa-apaan ini Truk, Gong aku kok dibawa-bawa?"