Sepasar atau 35 hari ia telah melakukan lelana. Pada sepuluh hari terakhir Wuku Watugunung ia tahu bahwa Semar mengajarinya membaca kahanan, arah, dan menulis. Ia menyadari bahwa Semar telah mbangun khayangan.
Tentu saja namanya saja mbangun khayangan, ia membutuhkan bahan seperti Pusaka Jamus Kalimosodo, Payung Tunggalnaga dan Tombak Karawelang. Ia tahu bahwa bahan itu bukan benda yang berbentuk fisik tapi simbol yang memiliki makna. Pusaka Jamus Kalimosodo berarti bahwa menulis atau hal lainnya ia pancerkan pada syahadat.Â
Sehingga menulis baginya bukan sekadar untuk gaya-gayaan dan sesumbar, bukan untuk memaki dan menjatuhkan seseorang, apalagi hoax. Pokoknya, amar ma'ruf nahi munkar. Payung Tunggalnaga berarti bahwa menulis merupakan kerja untuk melindungi diri maupun siapapun. Seperti halnya paying yang digunakan untuk melindungi dari hujan dan terik matahari. Tombak Karawelang berarti bahwa menulis maupun proses belajar lainnya harus dilakukan dengan disiplin, terus menerus dan tetap berprinsip lurus, jangan gunakan menulis sebagai kemampuan untuk bengkok dari sangkan dan paran dumadi.
Terakhr Semar juga mengajarinya untuk berpuasa. Meskipun menulis sebaiknya dilakukan secara disiplin dan terus menerus, seyogyanya engkau juga tau batas-batas. Kapan harus menulis, kapan harus berhenti sejenak. Dan berhenti sejenak jangan diartikan untuk malas-malasan melainkan untuk melakukan aktifitas lain yang menunjang menulis, seperti membaca, riset dan mengheningkan cipta.
Ia pun tak mempunyai target yang jelas dan muluk-muluk untuk menjadi penulis yang tersohor. Sebab ia mengerti bahwa Semar telah dan terus mengajarinya prinsip terus mlaku lan tansah lelaku, yang penting rajin dan sebagai upaya menghargai waktu -- menghargai Pencipta Waktu.
Itulah kesaksian Petruk yang terlintas di kepalanya terhadap perjalanan penulis yang hampir mirip dengan perjalanannya. Kini, berbagai pertanyaan silih melintasi pikirannya. Ia sadar, kenapa aku harus bisa menemukan Semar Ramadan ini? Apa ia perlu dicari? Apa ia dirindukan? Apa ia benar-benar hilang?
Setibanya Petruk di perbatasan Karang Kadempel, ia terhenti. Dilihatnya, seorang gila tengah ngumpet di semak-semak sambil memegang kuat-kuat kentongan tanpa ia tahu skill memukul kentongan dan menanggapi titir.
Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Catatan :
1. Neka-neko artinya cari perkara
2. Njadum artinya nimbrung mengobrol