Adapun salah satu bagian menarik dalam buku ini adalah ulasan tentang berbagai macam roh. Orang Jawa pada tahun 1930, mengenal 93 nama roh alam. (halaman 84). Dari 93 nama roh, 40 roh yang dikenalkan dalam buku ini memiliki sifat dan peran yang tidak semata-mata jahat, laknat, terkutuk dan mencelakai manusia.
Sebagai contoh, Roh Dadung Dawus yang menjadi pelindung kelompok rusa. Roh ini menampakkan diri dalam bentuk rusa, dan menggiring pemburu kea rah yang menjauh dari kelompok rusa yang sesungguhnya (halaman 85). Namun ada juga memedhi yang sifatnya mengganggu dan menimbulkan penyakit, namun tidak berdampak pada manusia seperti, Si Sato yang berwujud sebagai binatang berkaki empat, dapat masuk ke dalam tubuh ternak, kuda dan binatang-binatang yang dipelihara di rumah yang menyebabkan perut mereka menjadi kembung (halaman 93). Â Atau memedi seperti Dinkel dan Tetelo yang hanya menyerang ungas terkhusus ayam.
Pun, ada memedi yang justru menjadi pelidung manusia seperti Kanun yang berbentuk raksaksa yang berdiam di udara dan memakan tiap hari 40 memedi. Bilamana orang jawa sedang berjalan di jalanan yang sepi maka dipanggilnya Si Kanun untuk melahap memedi-memedi lainnya yang mungkin membahayakan orang itu (halaman 94).
Selain roh-roh alam, Suyono juga mengulas beberapa hantu-hantu yang meskipun membahayakan manusia, justru mengandung pesan moral bagi kebaikan manusia itu sendiri. Contohnya, Ngalu dan Kasasar yang merupakan roh-roh manusia yang bunuh diri, korban kematian yang mendadak, dan semasa hidupnya jahat atau mengumbar nafsu serta mengejar kenikmatan. Setelah kematiannya, mereka tidak dapat mengumbar nafsu dan memburu kenikmatan, kecuali melalui perantara manusia. Roh ini akan mendorong orang yang dirasuki mengumbar nafsu yang telah mencelakakan badan roh sewaktu hidupnya. Perbuatan dari orang yang kerasukan ini pada akhirnya akan mencelakakan mereka. Meskipun demikian, orang yang hidupnya bersih dan baik tidak akan mampu diusik oleh jenis hantu ini (halaman 116).
Tak lupa Suyono, mengulas roh-roh yang masih dikenal masyarakat Jawa hingga kini seperti Baureksa atau Dhanyang, Kaki Among dan Nini Among, dll. Suyono juga mengulas mahuk halus kuno yang sangat asing dikenal sekarang seperti Candra Birawa atau hantu perang yang digunakan para raja.
Dengan membuka dan membaca kembali semesta mistik jawa seperti petungan, ritual, benda-benda ritual, terkhusus juga berbagai macam roh yang diantaranya telah terlipat zaman sebab perkembangan teknologi pun telah dikerdilkan oleh berbagai macam film horror komersil, tidak akan menjadikan pembaca bertahayul atau bahkan musyrik. Pembacaan yang cermat dan kritis, justru akan membuat pembaca semakin arif dalam laku hablum minallah, hablum minannas, hablum minal alam.
Yogyakarta, 25 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H