Adapun, dalam praktiknya contohnya seperti menerapkan pembelajaran berbasis kelompok secara heterogen dan pada mata pelajaran sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia misalnya materi Kerajaan Mataram dapat ditambahkan tentang motif batik yang ada pada era kerajaan tersebut untuk menjadi pengetahuan budaya pada peserta didik terkait motif batik yang kerap dipakai. Sampai disini sudah dapat diambil makna, bahwa hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa dasar dalam pembelajaran berdiferensiasi penting untuk diterapkan.
Tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi adalah mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda seperti gaya belajar, tingkat capaian dan minat belajar. Seorang pendidik hendaknya memahami karakteristik peserta didik yang berbeda-beda dan diharapkan mampu membuat pembelajaran berdiferensiasi seperti diferensiasi konten, proses, produk, maupun lingkungan belajar. Pendidik harus memberikan perhatian terhadap keunikan dari karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberikan perlakuan yang sama antara peserta didik yang satu dengan yang lain yang tentunya berbeda karakteristik (Wahyuningsari, dkk, 2022; 531).Â
Keragaman tersebut juga dapat dikelompokkan seperti dengan gaya belajar seperti yang yang menyukai secara audio dapat melalui podcast, secara visual melalui gambar ataupun infografis ataupun audio visual melalui video dan sebagainya yang dalam pelaksanaannya tidak membedakan kultur peserta didik. Adapun dengan pengelompokan tersebut juga bisa meningkatkan sikap saling mengenal dan memahami keberagaman kultur. Sehingga dengan hal ini, bagi seorang pendidik harus mampu membuat lingkungan yang sesuai dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan pengajaran yang responsif terhadap kultur.
Sebelum melakukan pembelajaran secara berdiferensiasi perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tingkat capaian kemampuan awal peserta didik atau disebut dengan pengajaran sesuai level (teaching at the right level). Sebelumnya perlu ditekankan kembali setiap peserta didik memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda walaupun dalam kelas yang sama. Apabila terdapat perbedaan tingkat ketercapaian siswa maka sebaiknya peserta didik mendapatkan perbedaan konten sesuai tingkat capaiannya (Putra, 2022;4).Â
Hal ini menjadi penting agar pendidik tidak hanya memenuhi kewajiban mereka untuk memberikan pendidikan dan pengajaran, melainkan menjawab kebutuhan setiap peserta didik. Bagi yang memiliki tingkat capaian kemampuan yang masih rendah maka guru dapat memberikan program remedial, bagi peserta didik yang memiliki tingkat capaian lebih tinggi maka dapat diberikan pengayaan. Sehingga apabila pendidik menemukan tingkat capaian yang berbeda-beda di dalam kelas, maka seharusnya pendidik membuat pembelajaran berdiferensiasi konten menyesuaikan tingkat capaian masing-masing peserta didik.
Referensi:
Aminuriyah, S. (2022). Pembelajaran Berdifferensiasi: Meningkatkan Kreatifitas Peserta Didik. Jurnal Mitra Swara Ganesha, 9(2), 89--100.
Musanna, A. (2011). Model pendidikan guru berbasis ke-bhinekaan budaya di indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17(4), 383--390.
Putra, E. E. (2022, August). Implementasi Kurikulum Merdeka Untuk Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Paradigma Baru di Sekolah Penggerak). In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia (Vol. 1, 1, pp. 1--5).
Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., & Adiarta, A. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124--136.
Wahyuningsari, D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. P. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Jendela Pendidikan, 2(04), 529--535