Mohon tunggu...
Eko Mulyadi
Eko Mulyadi Mohon Tunggu... -

Jurnalis, sesekali menulis opini, pengajar. Tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Kampung Narkoba dan Kampung Digital

3 Oktober 2016   20:26 Diperbarui: 3 Oktober 2016   21:35 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu hal yang menggelitik pemikiran saya, ketika belakangan ini sering mendengar istilah ‘kampung narkoba’ dari operasi-operasi pemberantasan narkotika dan obat-obatan terlarang yang gencar dilakukan jajaran Kepolisian Republik Indonesia, terutama di wilayah tempat saya tinggal, Kota Medan.

Kalau diingat-ingat, dulu penyebutan istilah itu hanya untuk satu kawasan, yakni Kampung Kubur, satu lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan. Kalau kawasan itu, patut dimaklumi, karena berkali-kali digerebek selalu ditemukan narkoba yang jumlahnya luar biasa. Dan konon, banyak warga lingkungan itu yang terlibat dalam peredaran serta penggunaan barang haram tersebut.

Namun sekarang, istilah kampung narkoba kok sepertinya makin sering digunakan. Sepertinya makin banyak saja kampung narkoba di Kota Medan.

Apalagi,  Kepolisian Resort Kota (Polresta) – sekarang Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Medan menyatakan, telah mendeteksi ada sebanyak 76 kawasan perkampungan di Medan dan sekitarnya yang diduga menjadi basis peredaran narkoba. Pihak kepolisian sudah melakukan pemetaan atas perkampungan narkoba.  (baca : Polisi Deteksi 76 Kampung Narkoba di Medan)

Memang harus diakui, peredaran gelap narkoba kini sudah semakin mengawatirkan. Dan kita semua orang-orang yang anti penyalahgunaan narkoba, setuju polisi dan aparat berwenang lainnya melakukan aksi besar-besaran untuk menanggulangi permasalahan tersebut.

Tapi soal penggunaan istilah kampung narkoba?

Yang saya bayangkan, kampung narkoba adalah satu kawasan yang praktik penyalahgunaan narkobanya sudah dilakukan secara masif. Seperti kasus di Kampung Kubur, banyak oknum warga yang terlibat, dan sudah berulang kali ditemukan kasus peredaran serta penggunaan narkoba di situ, dengan jumlah yang sangat banyak pula.

Saya membandingkannya dengan kampung digital yang kini banyak dibentuk PT Telkom di berbagai wilayah perdesaan.  Kampung digital di sini maksudnya di mana warganya sudah secara masif dan aktif menggunakan teknologi komunikasi dan informasi dalam berbagai kegiatan keseharian, terutama untuk mendukung aktivitas usaha.

Nah, dari beberapa kasus, penggerebekan narkoba di satu kawasan yang disebut kampung narkoba hanya mendapati beberapa butir ekstasi atau beberapa linting ganja. Kasus terbaru, saat personil Polsek Medan Kota hanya menangkap seorang tersangka dan mendapatkan barang bukti sedikit ganja, saat melakukan penggerebekan di sebuah pos keamanan lingkungan (kamling) di Jalan Brigjen Katamso, Gang Datuk, Kampung Baru, Medan Maimoon, Sabtu (1/10/2016) malam. Konon pula, tersangka yang ditangkap bukan warga situ, tapi warga Jalan Perjuangan, Kelurahan Sidorame Timur, Kecamatan Medan Tembung. (baca : Gerebek Pos Kamling, Polisi Dapat Ganja)

Entahlah, dia itu kurir narkoba, atau tengah membeli narkoba di kampung tersebut. Yang jelas, kawasan Gang Datuk tadi sudah terlanjur dicap sebagai kampung narkoba.

Saya berpikir, seandainya saya warga sana, mendapati nama kampung saya sudah bercap jelek tersebut, apalagi beritanya sudah menyebar ke berbagai media.  Mungkin ada rasa malu kepada teman-teman sekerja, anak-anak saya mungkin malu pada teman-temannya di sekolah. Bisa jadi perasaan yang sama dirasakan warga yang daerah tempat tinggalnya dicap sebagai kampung narkoba tadi.

Barangkali ada baiknya polisi memilah-milah untuk menggunakan istilah kampung narkoba tersebut. Sebaiknya digunakan pada kawasan yang kasusnya benar-benar sudah masif. 

Atau jangan-jangan istilah itu bukan datang dari polisi, mungkin dari teman-teman media yang ingin beritanya lebih bombastis? Entahlah. Yang jelas, kita pasti berharap ke depan akan lebih banyak predikat kampung digital dibandingkan kampung narkoba. Kalau untuk itu, saya semangati polisi agar bekerja lebih intensif guna memberantas narkoba. Bravo polisi! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun