Kalau pemerintah bijak, sektor yang seharusnya digenjot adalah pertanian. Karena sebenarnya negara ini masih punya potensi besar untuk menggarap itu, baik dari ketersediaan lahan maupun tenaga kerja. Kita harus kembali ke jalan yang benar dan berpihak ke petani. Pertanian masih potensial untuk menyerap tenaga kerja.
Krisis yang terjadi pada 2008 lalu disebabkan sektor pertanian dan desa diabaikan. Kemiskinan tertinggi berada di desa. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki kepedulian yang tinggi pada sektor pertanian. Pemerintah harus membuka mata, melihat lebih luas persoalan yang membatasi sektor pertanian itu untuk berkembang. Mengerti dengan kebutuhan petani di desa-desa dan melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Harus diakui, pertanian kita masih didominasi petani ‘gurem’ yang bekerja secara tradisional. Perlu menambah pengetahuan mereka, selain pengadaan teknologi untuk tanam dan panen. Berarti pula mengubah paradigma dalam membangun sektor pertanian, dari selama ini tradisional menjadi modern berbasis agroindustry. Dengan mengembangkan agroindustry, selain memberi nilai tambah terhadap produksi, juga merangsang generasi muda untuk mau turun ke sawah atau lahan pertanian.
Toh, dengan menggunakan mesin untuk membajak sawah atau memanen padi, tak lagi harus berkotor-kotor dan berpeluh menyangkul sawah. Toh, juga bisa mendapat penghasilan besar dari pengolahan pascapanen dan memasarkannya ke pasar potensial.
Perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian juga bisa tercermin dari alokasi dana dalam APBN. Dengan semakin besarnya alokasi dana APBN untuk bidang pertanian, menjadikan semakin banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk menyentuh kepentingan petani.
Subsidi dan proteksi masih sangat perlu diberikan kepada sektor pertanian, karena kondisi petani yang masih sangat lemah dan belum berdaya sekarang ini. Ketersediaan sarana produksi berupa benih dan pupuk dengan harga terjangkau, serta penyediaan permodalan dan pemasaran, jadi kunci keberhasilan lainnya.
Ada satu kutipan isi pidato Presiden Joko Widodo pada pembukaan Konferensi Asia Afrika 22 April 2015 lalu; “Sinar matahari yang terus menerus akan membuat produksi pangan, termasuk energi dan air, akan tetap melimpah. Dan kita hidup di wilayah ini.” Kalimat itu hendaknya jadi bahan perenungan, bahwa kita mendapat banyak karunia dari Illahi untuk bisa dimanfaatkan. Dan itu adaah melalui usaha pertanian.
Untuk itu, kembalilah jadi negara agraris!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H