Mohon tunggu...
eko sulistyanto
eko sulistyanto Mohon Tunggu... -

Bumiku, bungaku, doaku..

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Menjaga Calabalatuik, Menjaga Warisan Leluhur

2 April 2019   19:03 Diperbarui: 2 April 2019   19:24 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbak Nanin sepertinya mendapat mandat dari alam untuk menjaga resep masakan warisan leluhur. Entah bisikan dari mana, suatu kali dia  masak ikan nila dengan cara yang tidak biasa. Ruwet. Seperti orang kurang kerjaan. Nila dibungkus daun pisang lalu direbus,  dibakar, terakhir disayur. Rupa-rupa bumbu tradisional khas padang, dia sebut sebagai bumbu sapu jagad,  ditaburkan dalam wajan berisi santan dan ikan yang baru saja diangkat dari arang pembakaran. Hasil akhirnya berupa ikan nila basah dengan rasa begitu gurih, pedas, dengan aroma daun jeruk dan rempah-rempah. Sedap. Daging ikannya meninggalkan sensasi bakaran.

img-20190313-093841-compress-59-5ca34cfb971594775238cb47.jpg
img-20190313-093841-compress-59-5ca34cfb971594775238cb47.jpg
"Namanya Calabalatuik. Waktu direbus kan meletup-letup. Itu kata ayah saya" kata pemilik Warung Tuman BSD Tangerang Selatan ini.

img-20190319-104210-5ca34765cc528325c24c0402.jpg
img-20190319-104210-5ca34765cc528325c24c0402.jpg
Namanya saja sangat padang. Memang ini resep rahasia warisan leluhur ayahnya, trah Sikumbang. Tak ada di tempat lain. Keluarga besarnya tidak ada yang  merawat resep ini. Kecintaanya pada kuliner mendorong Mbak Nanin melakukan sesuatu.  Memelihara khasanah masakan nenek moyang dan menjaga keaslian rasa.  "Aku cek di google nggak ada. Makanya aku berani bilang ini spesial. Unik. Juga enak dong pastinya." katanya.
img20190324130854-compress-1-5ca34d6295760e4c2437efd2.jpg
img20190324130854-compress-1-5ca34d6295760e4c2437efd2.jpg
Bagaimana dia mempelajari resep masak Ikan Calabalatuik?  Rupanya cukup melihat kebiasaan ayahnya dulu yang hobi masak. Tatacaranya sangat ketat. Semua serba tradisional. "Dia nggak mau cabe diblender. Harus ditumbuk. Itu juga yang saya lakukan di sini." katanya.

img-20190330-050114-463-compress-16-5ca34d863ba7f72f287c64c2.jpg
img-20190330-050114-463-compress-16-5ca34d863ba7f72f287c64c2.jpg
Menghadirkan resep tradisional warisan leluhur inilah yang menjadi andalan Warung Tuman BSD. Satu lagi menu khasnya, Mangut Ikan Pari Asap. Juga dimasak dengan bumbu khas padang. Gurih, nikmat, daging ikannya lembut.
img20190220150522-compress-45-5ca35452cc5283461b0b3554.jpg
img20190220150522-compress-45-5ca35452cc5283461b0b3554.jpg
Tidak cuma spesial resepnya, lokasi warungnya pun menawarkan pengalaman kuliner yang berbeda. Butuh sedikit perjuangan untuk menemukan. Mirip warung makan di dusun-dusun Jogja. Mblusuk di pinggir kali. Terjepit di antara perkampungan di Ciater Tengah dengan perumahan BSD seperti  Sevilla dan Crysan. Jalan menuju ke sana melewati pepohonan dan hutan bambu. Padahal bila ditarik garis,  aslinya cuma sejengkal dari titik pusat keramaian Granada Square BSD. Hening dan asri. Isinya biawak, aneka burung, serangga, macam-macam pepohonan. Kombinasi yang pas sebagai warung makan tradisional.Nah, yang pingin menjajal sensasi Ikan Calabalatuik, silakan meluncur ke Jl. Kramat Beringin II  No. 4 Ciater Tengah, Serpong,  Tangerang Selatan HP 085715384741. Instagram : warung_tuman_bsd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun