Mohon tunggu...
eko sulistyanto
eko sulistyanto Mohon Tunggu... -

Bumiku, bungaku, doaku..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemulung Jakarta Ini Punya Harta Warisan di Inggris

4 Oktober 2015   12:07 Diperbarui: 4 Oktober 2015   12:42 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kanti aslinya tak bertampang perokok. Tak ada guratgurat coklat bekas nikotin di gigi. Bersih. Meski begitu hidupnya sudah tak bisa lagi dipisahkan dari tembakau. baginya, nikotin adalah sumber kesehatan. Pernah suatu kali ia berhenti. Akibatnya celaka.

"Waktu mau ke Hongkong. Kan dilarang ngrokok sebagai syarat kerja. Saya terpaksa berhenti. Eh malah dapat paruparu basah," ia ketawa mengenang sakitnya. Lalu ia memutuskan kembali menghisap. Hasilnya, paru-paru basahnya bablas sampai sekarang. Aneh.

Hari ini, selain rokok, teman hidup Kanti adalah gerobak. Di sanalah ia labuhkan segala impian. Gerobak seharga 600 ribu itu adalah jalan baginya untuk kembali menata hidup bersama pasangan barunya, Herman.

"Begitu nikah siri, saya berhenti ngamen. Ganti mulung. Hasilnya lebih kecil dari ngamen. Tapi lebih menjanjikan. Saya mau tampung hasil mulung teman-teman. Saya mau jadi juragan," tuturnya. Matanya menerawang. Sepertinya ikut meniupkan doa-doa ke langit. Tak jauh darinya, Herman sibuk membereskan botol air minetal hasil mulung hari itu.

Memulung punya tantangan berbeda. Banyak orang memandang rendah status pemulung. Kanti sangat paham. Berkalikali orang lewat di depannya sembari pencet hidung. Ia bilang itu menyebalkan. Jasa pemulung itu menurutnya luar biasa. Kebayang Jakarta minus pemulung.

"Saya pernah minta ijin mulung. Orangnya cuek saja. Belagu. Lalu saya bilang, hey..I want take cups. Dia kaget. Pemulung bisa Inggris. Lalu dia baik dan membiarkan saya ngumpulin barang. Saya kalo marah pakai bahasa Inggris. Kalo Indonesia terasa kasar," ujar Kanti.

Tekad untuk menjadi juragan itu Kanti sematkan di gerobak. Lebaran lalu ia menorehkan warna pink di gerobak agar tampak lebih bening dan segar. Semangat. Warna cinta. Tak lupa ia tambahkan logo love penuh tawa dan huruf H.K. Apalagi maksudnya kalau bukan Love Herman Kanti. Top.

"Saya yang lukis. Ini modal hidup baru," katanya. Angin kecil nenyerbu rambutnya yang kemerahan. Sepertinya dicat. Itu bukan gayagayaan. Itu ekspresinya sebagai perempuan merdeka yg bisa menentukan arah hidupnya sendiri.

Di bagian belakang gerobak, Kanti juga nenuliskan nama tokoh perempuan idolanya: Srikandi Edan. Sejak kecil, sebagian waktu Kanti memang diisi dengan menonton pertunjukan wayang atau mendengar wayang dari radio. Ia sangat mengagumi Srikandi, perempuan pemberani yang mahir memainkan panah.

"Dia pahlawan saya. Nama saya kan mirip. Srikanti. Saya kasih tambahan EDAN karena hidup saya juga edan," Kanti terbahak.

Kini Kanti sedang giat menabung. Hariharinya harihari menabung. Tahun depan bila tak ada aral melintang, ia akan bikin perayaan pernikahan denan Herman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun