Yang paling seru adalah saat membawa rombongan turis Perancis ‘blusukan’ ke Suku Korowai. Di saat mereka istirahat di tenda, tiba-tiba terjadi perang suku. Orang-orang berlarian membawa senjata tradisional. “Turis-turis itu mengira ini bagian dari atraksi yang kami suguhkan. Mereka senang sekali. Langsung ambil kamera. Saya panik. Deg-degan. Kalau kena panah, bisa celaka….” kata Charles sambil tertawa mengingat peristiwa itu.
Setiap tahun, rata-rata Charles melayani 2 hingga 4 kali trip ke rimba. Sekali jalan biasanya 5 orang. Ini jenis petualangan yang tidak murah. Harga paketnya antara 15 hingga 20 jutaan perorang untuk durasi dua minggu. “Kami tanggung semua. Fasilitas makan, tidur, MCK”, kata dia. Karena tidak murah, traveller Indonesia hampir tak ada.
Kini Charles membentangkan sayap dengan mengembangkan jaringan masak-memasak di hutan ke seluruh Papua. Tahun 2008 dia mengumpulkan para juru masak lokal lalu membentuk komunitas juru masak rimba Papua alias Papua Jungle Chef Community. Anggotanya berkisar 60 orang. Mereka menyebar dari Raja Ampat, Manokwari, Merauke hingga Boven Digul.
Medium komunikasi dan pemersatunya adalah sebuah blog di alamat http://papua-jungle-chef-community.blogspot.com/. “Saya ketua komunitasnya,” kata Charles mantap.
Tulisan ini pernah dipublikasikan di http://www.portalkbr.com/lifestyle/wisata/3361838_4310.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H