Mohon tunggu...
Eko Hadi P
Eko Hadi P Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pelajar seumur hidup

Pembaca

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilu 2019, Perpecahan dan Satu Kekuatan yang Terlupakan

28 Juni 2019   08:42 Diperbarui: 28 Juni 2019   09:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan karakter demikian kalangan ini menjadi sangat sulit bahkan tidak mungkin dibeli, apalagi disetir dengan orasi dan narasi provokatif. Kekebalan mereka sangat luar biasa terhadap sulutan emosi akibat hoaks. 

Jangankan mengkonsumsi hoaks, waktu mereka lebih berharga untuk mengkaji kitab-kitab klasik para ulama, duduk bersimpuh di lantai masjid mencatat sambil menyimak penyampaian sang guru. 

Dunia mereka seakan terpisah sendiri, hidup dalam kedamaian luar biasa di bawah naungan sayap malaikat yang mereka yakini sepenuhnya. Mereka akan sangat menyambut siapapun yang mau bergabung, bahkan dari kalangan sekuler untuk kembali pada Tuhan, tak ada prasyarat khusus.

Tidak perlu repot mengajari mereka tentang toleransi antar umat beragama dan keragaman, karena mereka meyakini kemanusiaan adalah universal, interaksi sosial dan ekonomi mereka tak dibatasi suku, ras dan agama. Kalangan yang berbeda agama dijamin merasa tenang hidup di antara mereka.

Satu paradigma yang mungkin menjadi sulit dipahami berbagai kalangan selain mereka, adalah keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kemakmuran negeri ini kuncinya ada pada ketundukan pada Tuhan, bukan pada pergantian kepemimpinan. Silakan ganti pemimpin setiap tahun kalau bisa, tak ada guna bila rakyat tak tunduk pada Tuhan. 

Kalangan sekularis tentu nyengir mencibir mereka sebagai utopis, tidak rasional. Sementara kalangan Islam politik lebih mencibir lagi sebagai kalangan yang apatis dan kolot.

Dan di tengah gonjang-ganjing tersebut, orang-orang ini pun tetap mengaji, ke masjid, bekerja, berdagang seperti biasa, bersyukur atas berapapun rezeki dari Tuhan sambil terus melantunkan doa Nabi Ibrahim untuk kemakmuran negeri yang tertulis dalam Al Quran surat Ibrahim : Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini aman sentosa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun