Dalam pembukaan rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan hari kamis silam, Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan yang cukup mengejutkan yakni seruan untuk mencintai produk lokal sekaligus membenci produk asing.
Pernyataan ini sempat menimbulkan kontroversi dan menjadi perbincangan di media sosial hingga menjadi trending di Platform twitter.
Mengapa demikian hal ini bisa terjadi dan pernyataan tersebut bisa terlontar dari mulut sang presiden?
Alasan Jokowi Serukan Benci Produk Asing
Pernyataan tersebut ternyata terucap bukan tanpa alasan namun karena Presiden melihat adanya laporan tindakan bisnis yang bisa membunuh perkembangan UMKM di Indonesia.
Presiden Jokowi melihat laporan perkembangan bisnis e-commerce yang mana menimbulkan kekecewaan pada Presiden dan seluruh pihak terkait karena adanya praktik yang tidak adil dalam dunia perdagangan digital.
Karena saya memberikan laporan kepada beliau sesaat sebelum acara dimulai dan ini merupakan bentuk bukan hanya kekecewaan beliau tapi bentuk kekecewaan kita semua karena praktik yang tidak adil ini menyebabkan kerusakan yang masif pada UMKM kita.
Laporan tersebut adalah terkait adanya e-commerce yang menjual produk barang lintas negara (barang impor) dengan praktik predatory pricing
Apa Itu Teknik Predatory Pricing?
Lantas, apa itu teknik predatory pricing yang bisa menghancurkan UMKM di Indonesia? Seperti apa data dan fakta sebenarnya sebenarnya? Benarkah Indonesia sudah dibanjiri barang-barang konsumsi impor yang lambat laun dapat mematikan UMKM?
Pada kenyataan, Impor barang dari luar negeri tidak selalu buruk. Impor bahan baku dan barang modal adalah impor yang berguna karena pun merupakan faktor pendukung dan digunakan untuk proses produksi industri nasional. Oleh karena itu, impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi salah satu indikator kekuatan industri dalam negeri.
Namun yang menjadi polemik adalah terkait impor barang konsumsi yang tidak memberi kontribusi pada perkembangan industri dalam negeri.Â
Sebenarnya angka impor barang konsumsi masih baik dan di ambang batas wajar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor barang konsumsi sepanjang 2020 adalah US$ 14,66 miliar. Masih jauh di bawah impor barang modal (US$ 23,7 miliar) apalagi bahan baku/penolong (US$ 103,21 miliar).
Oleh karena itu, struktur impor di Indonesia masih bisa dibilang masih sehat. Sebab, hampir 90% impor adalah bahan baku/penolong dan barang modal yang bernilai tambah untuk proses produksi industri dalam negeri.
Namun permasalahannya terletak pada keberadaan pelaku e-commerce yang menjual produk asing lintas negara itu dengan suatu sistem praktik tertentu yang bisa mengancam eksistensi pelaku usaha di dalam negeri.
Menteri perdagangan, Muhammad Lutfi menyatakan bahwa ia melaporkan praktik predator pricing ini ke Presiden Jokowi agar mendapat perhatian serius karena Indonesia sudah kehilangan UMKM yang mana berperan sebagai penggerak roda negara karena masalah tersebut.
Praktik yang dimaksud ialah praktik yang tak sesuai dengan ketentuan perdagangan barang konsumsi.
Ada dugaan permainan membanting harga atau yang disebut predatory pricing ini yang membuat impor barang konsumsi via e-commerce kian deras dan membunuh pelaku usaha lokal.
Hal ini dikarenakan jenis impor barang konsumsi adalah yang dipakai langsung oleh konsumen tanpa menimbulkan nilai tambah terhadap produksi dalam negeri.
Meski membayar bea masuk, tetapi impor barang konsumsi yang dijual murah di marketplace digital asing menyebabkan persaingan tidak sehat, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Tanah Air. Harga murah ini membunuh kompetisi
Sebelumnya juga sempat ramai tagar #SellerAsingBunuhUMKM di Twitter. Hal Ini dipicu karena keberadaan seller asing yang dijuluki "Mr Hu". Seller asing ini menjual produk yang didatangkan langsung dari luar negeri sehingga harganya lebih murah dari produk sejenis yang dijual seller lokal Indonesia.
Evermos Bisa Menjadi Solusi Dari Permasalahan Ini
Tentunya hal ini tidak bisa kita biarkan karena lambat laun akan meruntuhkan stabilitas ekonomi di Indonesia mengingat UMKM adalah salah satu roda penggerak ekonomi terbesar.Â
Lantas, bagaimana solusi dari permasalahan UMKM di Indonesia ini?
Presiden Jokowi menyatakan bahwa praktik pasar di Indonesia harus bisa mendukung berkembangnya produk lokal, contohnya saja pusat perbelanjaan yang diimbau harus bisa menempatkan brand produk lokal di sudut yang strategis.Â
Menteri perdagangan Muhammad Lutfi pun mengimbau produsen untuk bisa membaca keinginan pasar sehingga barang-barang yang diproduksi bisa meningkatkan daya beli. Lutfi mengatakan bahwa langkah paling nyata adalah peningkatan produksi produk fashion muslim, mengingat pangsa pasarnya yang luas dan menjanjikan.Â
Aksi nyata yang tidak kalah penting untuk kita lakukan adalah kita perlu menempatkan praktik pasar digital pada proses yang adil dan menghilangkan praktik kecurangan dalam sistem digital khususnya e-commerce.Â
Sepatutnya, dengan adanya E-Commerce harus bisa memperluas jangkauan eksistensi produk UMKM ke kancah persaingan nasional bahkan internasional. Bukan malah menjatuhkan UMKM dengan persaingan itu sendiri.
Untuk menjawab permasalahan ini, ada suatu solusi yakni sebuah aplikasi social commerce dengan basis reseller buatan lokal Indonesia yang bisa mewadahi UMKM di Indonesia bersaing di antara brand-brand besar. Social commerce ini bisa menjangkau pasar yang luas karena dengan sistem reseller-nya bisa menghubungkan brand dengan masyarakatdi seluruh nusantara dengan mudah.
Platform social commerce ini bernama Evermos. Evermos menyediakan peluang bisnis online gratis untuk para reseller yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan.Â
Platform ini menjadi jembatan antara UMKM dengan reseller sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak. UMKM memiliki pembeli dan juga reseller tidak perlu lagi repot dalam mencari supplier untuk bahan berjualannya.Â
Produk yang ditawarkan pun merupakan produk kebutuhan sehari-hari terlengkap dan berkualitas produksi lokal. semua barang di sini 100% lokal tidak ada brand asing. Hal ini menjadi keunggulan sekaligus mendukung program "bangga buatan Indonesia" yang digadangkan oleh kementerian perdagangan.
Tidak hanya mendukung perkembangan ekonomi di Indonesia, Evermos juga berperan pada pengembangan ekonomi inklusif umat dengan memajukan roda perekonomian umat muslim.
Evermos terus berdedikasi dan berkontribusi dalam memajukan ekonomi inklusif hal ini terbukti dari ribuan reseller yang jumlahnya masih terus bertambah dalam bergabung dan ikhtiar bersama Evermos.
Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya review dan respons positif reseller terhadap bisnis di Evermos.
Selain itu, kita bisa membuktikannya dari 500++ brand lokal terbaik di Indonesia yang menjadi mitra Evermos. Hal ini membuktikan bahwa Evermos merupakan solusi yang tepat bagi permasalahan UMKM di Indonesia.
Evermos sangat mendukung perkembangan UMKM dan produk lokal agar bisa berkembang dengan seluas-luasnya dan bisa bersaing dengan brand besar lainnya di  platform reseller muslin pertama dan no.1 di Indonesia ini.
Demikianlah informasi mengenai gerakan cintai produk lokal. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi Anda yang ingin berkiprah dalam dunia usaha atau bisnis.Â
Jadi tunggu apalagi segera bergabung dan berikhtiar bersama untuk memajukan UMKM dan menggaungkan produk lokal Indonesia demi kemajuan ekonomi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H