Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam guru penggerak
Salam dan Bahagia!
Pada kesempatan ini, saya Eko Budi Santoso, CGP Angkatan 10 Kabupaten Kendal akan memaparkan koneksi antar materi modul 3.1 dengan pembahasan tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Dalam pembelajaran ini CGP membuat koneksi antar materi yang menghubungkan materi sebelumnya dengan materi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.
Adapun koneksi antar materi yang saya buat mengacu pada Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri) pada LMS sebagai berikut:
- Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dalam Konteks Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Ki Hajar Dewantara, sebagai pelopor pendidikan nasional Indonesia, meninggalkan warisan pemikiran yang mendalam mengenai kepemimpinan dalam pendidikan. Filosofi beliau, yang tertuang dalam konsep Pratap Triloka---"Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani"---tidak hanya menjadi landasan dalam proses pengajaran, tetapi juga dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Pratap Triloka menegaskan tiga prinsip utama dalam kepemimpinan: memberikan teladan di depan, membangun kehendak dan inisiatif di tengah-tengah, serta memberikan dorongan dan dukungan dari belakang. Prinsip-prinsip ini menggarisbawahi pentingnya integritas, partisipasi aktif, dan pemberdayaan dalam setiap aspek pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
Dalam konteks pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, filosofi Pratap Triloka memberikan kerangka kerja yang esensial bagi pemimpin pendidikan. Seorang pemimpin tidak hanya diharapkan untuk membuat keputusan yang bijaksana, tetapi juga untuk menjadikan dirinya sebagai panutan yang dapat diikuti oleh orang lain, khususnya para pendidik dan siswa. Proses pengambilan keputusan ini harus memperhatikan kepentingan yang lebih luas, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip etika dan moral yang kuat. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang berpedoman pada Pratap Triloka akan selalu mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan terhadap perkembangan karakter dan kesejahteraan para siswa, serta komunitas pendidikan secara keseluruhan.
Pratap Triloka mengimplikasikan bahwa pengambilan keputusan tidak boleh dilakukan secara otoritatif atau terpisah dari konteks sosial. Sebaliknya, keputusan harus melibatkan kolaborasi dan partisipasi dari berbagai pihak yang berkepentingan, menciptakan ruang bagi dialog dan refleksi. Dalam proses ini, seorang pemimpin dituntut untuk mampu mendengar, memahami, dan mengakomodasi berbagai perspektif, sehingga keputusan yang diambil benar-benar mencerminkan nilai-nilai kebajikan dan keadilan. Ini sejalan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan sebagai upaya untuk membangun manusia seutuhnya, yang bermoral, berpengetahuan, dan berkeadilan.
Penerapan filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dalam pengambilan keputusan tidak hanya relevan, tetapi juga krusial bagi kepemimpinan pendidikan yang efektif dan berkelanjutan. Dengan berpegang pada nilai-nilai ini, seorang pemimpin dapat memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil bukan hanya untuk mencapai tujuan jangka pendek, tetapi juga untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
- Pengaruh Nilai-Nilai Pribadi dalam Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pendidikan
Nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh seorang pemimpin memainkan peran krusial dalam proses pengambilan keputusan, khususnya dalam konteks pendidikan. Nilai-nilai ini, yang terbentuk melalui pengalaman hidup, pendidikan, dan lingkungan sosial, menjadi fondasi bagi cara pandang seseorang terhadap masalah yang dihadapi serta solusi yang dipilih. Dalam dunia pendidikan, di mana keputusan yang diambil memiliki dampak langsung terhadap perkembangan siswa dan komunitas belajar, integritas dan konsistensi nilai-nilai pribadi menjadi sangat penting. Seorang pemimpin yang teguh memegang nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kebajikan akan cenderung membuat keputusan yang tidak hanya efektif, tetapi juga etis dan berkelanjutan.
Pentingnya nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan juga berkaitan erat dengan legitimasi kepemimpinan. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai yang kuat akan mencerminkan kredibilitas dan kepercayaan, yang pada gilirannya memperkuat otoritas moral seorang pemimpin. Dalam konteks ini, nilai-nilai seperti keadilan, empati, dan tanggung jawab sosial menjadi panduan utama dalam menavigasi kompleksitas yang sering muncul dalam situasi dilematis. Seorang pemimpin pendidikan yang menjadikan nilai-nilai ini sebagai landasan keputusan akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan moral dan akademik siswa.