Mohon tunggu...
Eko Avianto
Eko Avianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Jamaah Yutubiyah | Penikmat kopi saat mentari belum terlalu tinggi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memanusiakan Superhero

18 Juli 2019   12:24 Diperbarui: 18 Juli 2019   12:39 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan dalam film Avengers Endgame saat Tony Stark menjentikkan jarinya yang dipenuhi kekuatan Infinity Stones (Foto: Moviegsm.com)

Jika kita memperhatikan pola kemasan film superhero, ada perubahan yang cukup drastis dari sisi penokohannya. Film era 60-an hingga era 90-an film superhero dikemas dengan mempertemukan tokoh superhero memberantas kejahatan para villain. Adegan lebih sering menyorot adegan perkelahian sang pahlawan super dalam memberantas kejahatan dengan plot yang sudah kita pahami betul. Kita sebagai penonton hanya menanti tokoh utama berubah menjadi pahlawan super dan berkelahi. Penulis bilang ini adalah film superhero zaman old.

Sebagai contoh film Superman yang dibintangi (alm.) Christopher Reeves pada tahun 1978 hingga 1987. Era Superman dilanjutkan dengan era film Batman pada tahun 90-an yang antara lain dibintangi oleh Michael Keaton, Val Kilmer dan George Clooney. Batman & Robin sepertinya menjadi penutup film superhero dengan alur cerita dan penokohan "zaman old" tersebut.

Perubahan terjadi pada saat film Spider-Man besutan sutradara Sam Raimi di bawah lisensi Sony Pictures Entertainment tayang pada tahun 2002 dengan bintang utama Tobey Maguire (Peter Parker) dan Kirsten Dunst (Mary Jane). Meski alur cerita Spider-Man bisa dibilang masih mengikuti pakem seperti yang ada dalam komik, tetapi ada perubahan dari sisi karakter superhero dan villain.

Sisi manusia pahlawan super
Di film Spider-Man, penonton tidak hanya menunggu aksi manusia laba-laba tetapi juga diajak mengenali Peter Parker. Di film itu dia tidak hanya mengalami perubahan dari remaja biasa menjadi manusia laba-laba super, tetapi dikisahkan pergulatan batinnya saat menyadari bahwa dia punya kekuatan besar di dalam dirinya setelah digigit laba-laba hasil eksperimen di laboratorium. Salah satu kutipan paling terkenal dari film ini adalah ucapan paman Ben kepada Peter Parker: "Ingat, dengan kekuatan besar ada tanggung besar." 

Selain itu kisah yang tak kalah menariknya diikuti adalah bagaimana Peter merasa kesulitan untuk mendekati pujaan hatinya Mary Jane, lalu berkonflik dengan sahabatnya sendiri Harry Osborn dan berkelahi dengan Norman Osborn (Green Goblin) yang merupakan ayah dari Harry Osborn. Begitu pula dalam seri ke-dua saat Spiderman kehilangan kemampuannya karena hidupnya terpuruk akibat gagal dari segi pekerjaan, cinta dan penyesalannya karena menyebabkan paman Ben meninggal atau perilaku tengil Peter saat terkontaminasi Venom di Spiderman 3.

Konflik batin pada diri Peter Parker inilah yang membuat film semakin terasa "dekat" dengan penonton. Ternyata superhero ada sisi manusianya juga. Bahkan dalam Spiderman 3 juga dikisahkan latar belakang kenapa Sandman (manusia pasir) melakukan kejahatan hingga pengorbanan Harry Osborn untuk melindungi sahabatnya.

Jadi alih-alih berfokus pada Spiderman, kita justru punya kedekatan emosional dengan Peter Parker. Tren ini berlangsung hingga sekarang. Marvel Entertainmnet dengan Marvel Cinematic Universe-nya mampu menciptakan basis penggemar dengan kedekatan emosional yang lebih kuat dibandingkan film-film lain. Dimulai dengan film Iron Man (2008) hingga terakhir ditutup oleh Avengers Endgame (2019). 

Apa yang terjadi? Penonton lebih menyukai Tony Stark dibandingkan Iron Man. Maka tidak heran ketika Tony Stark meninggal, banyak penggemarnya yang meneteskan air mata seolah mereka kehilangan seorang teman yang selama ini dekat dengan mereka.

Ini juga dilakukan oleh DC Movies. Adegan Superman dipeluk oleh Ibunya saat dia merasa lelah dengan hinaan manusia bumi yang menganggapnya sebagai alien atau jawaban Bruce Wayne (Batman) yang ditanya oleh Barry Allen (Flash): "What is your superpower?" Dijawab dengan lugas oleh Batman: "I'm rich!"

Kesamaan frasa, pilihan kata dan gesture para superhero inilah yang mampu menciptakan kedekatan emosional antara film dan kisah kehidupan penonton. Seolah-olah menyatakan bahwa meskipun kami ini superhero, kita ini sama lho. Sama-sama ada sisi manusianya. Tidak hanya punya kekuatan super tetapi juga punya kelemahan. Superhero juga bisa salah, bisa sedih, kadang marahan sama sahabat, galau, dan lain-lain sama seperti manusia pada umumnya. 

Itulah pahlawan zaman now...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun