Â
Penilaian revealed preference lebih akurat daripada stated preference. Contoh sederhana, seandainya orang menawarkan uang ke dua orang, A dan B, untuk memilih calon gubernur tertentu, dalam SCBA uang tersebut adalah harga suara (WTA) dua warga tersebut, mereka bisa bilang iya, menerima uangnya tapi di bilik suara mencoblos calon yang berbeda, karena apa? Karena preferensinya unrevealed hanya stated. Namun, berbeda jika seseorang menawarkan ke A dan B untuk membeli sebuah kemeja sebagai lambang dukungan calon tertentu. A dan B akan mengungkap preferensinya secara gamblang. Seandainya salah satu dari warga tersebut membeli kemeja dukungan artinya warga tersebut mengungkap preferensinya dan willing to pay untuk pilihannya. Sebagai makhluk rasional kecil kemungkinan dia mencoblos calon gubernur lain karena tentunya dia tidak ingin pengorbanannya (harga yang dia bayar) menjadi sia-sia.
Â
Konsep revealed preference ini sudah dipraktekkan Teman Ahok dengan menjual merchandise ahok berupa kaos, gelang dan sebagainya dan Laporan Keuangan merekapun menunjukkan hasil penjualan merchandise yang signifikan, yaitu 297 juta rupiah dalam waktu 5 bulan. Ini menunjukkan banyak warga bersedia berkorban/membayar demi terpilihnya Ahok. Oleh karena itu, satu saran untuk partai politik dan calon gubernur lain jika ingin melakukan penilaian preferensi warga Jakarta yang lebih akurat. Cobalah berjualan aksesoris dengan bergambar Yusril, Adhyaksa, Sandiaga dan bahkan Ahmad Dhani sebagai calon gubernur dan lihat sendiri berapa banyak yang mau beli.
Â
eko sumando
warga jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H