Berkelas, berdasi, eksekutif, smart, luar biasa, bergaji besar, setidaknya itulah yang "kebanyakan" menjadi gambaran umum kebanyakan jobseeker saat ini untuk sebuah posisi yang bernama MDP (Management Development Program) atau ODP atau MT di banyak perusahaan.
Yap, fenomena MDP atau MT yang sedang menjamur saat ini saya lihat menjadi daya tarik tersendiri. Banyaknya perusahaan yang membuka lowongan MT atau MDP dapat dikaji dari 2 sisi, yaitu berdasarkan kebutuhan akan ekspansi atau hanya sebuah fenomena "latah" karena banyaknya lowongan MT saat ini.
MT atau MDP secara umum adalah program komprehensif yang diberikan kepada "calon" karyawannya. Pendidikan ini terdiri atas kemampuan softskill dan hardskill. Pada posisi ini anda akan diberikan pengetahuan global dan mikro mengenai jalannya satu perusahaan, ibaratnya adalah menanam semacam "hardisk" berisi ilmu pengetahuan seluruh perusahaan didalam orang2 terpilih ini.
Tujuan dari MT secara kasat mata sebenarnya adalah untuk menjaring bibit unggul berkualitas untuk kemudian ditempatkan di posisi strategis, pertanyaannya adalah kenapa sampai diperlukan program khusus seprti ini ?. Jawabannya simpel, karena sekarang, amat sulit untuk mendapatkan bibit unggul (kemampuan emosi dan akademik) dengan penyebabnya adalah persaingan diantara para perusahaan yang memerlukan bibit unggul tersebut. Nah, untuk menarik orang-orang yang notabene "unggul" ini, maka diberikanlah semacam "proposal" atau umpan berupa salary yang menarik, posisi sehabis pendidikan dan tantangan (yang kebanyakan orang-orang kompetitif dan "diatas rata" inginkan).
Saya pribadi melihat ada kecenderungan yang berbeda dari fenomena MT dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia ini, yaitu begitu banyaknya posisi MT ini untuk perusahaan yang ada di Indonesia. Fenomena "latah" dapat saya berikan kepada perusahaan yang menggelar program MT ini, yaitu kepada perusahaan yang masih "baru" dan hijau namun berani untuk mengadakan program seperti MT ini, kenapa ? Simpel, karena untuk mengadakan program seperti MT ini, pada umumnya aanda akan memerlkukan dana sekian milyar. Alasan yang kedua adalah posisi after pendidikan di MT yang kebnyakan menjanjikan posisi yang menarik agak tidak cocok untuk perusahaan baru, karena menurut saya, sebuah perusahaan yang baru established (dalam asumsi saya kurang dari 15 tahun) pada umumnya akan membutuhkan posisi non key person untuk administasi yang notabenenya adalah posisi dengan upah yang berada dibawah level supervisor atau eksekutif (sedangkan janji kebnyakan MT adalah posisi menengah), nah, apabila apabila memang ini menjadi fenomena latah, maka amat disayangkan bahwa pengadaan program MT hanya akan membawa tambahan cost (pendidikan para trainee) dan operational expense dimasa yang akan datang dan tidak tertutup kemungkinan untuk masalah sosial-internal perusahaan(karena keberadaan MT).
Namun, bagi perusahaan yang sudah well established dan didukung dengan dana serta tenaga HR yang mendukung, saya kira program MT ini dapat dikatakan "baik", saya berikan tanda kutip karena ketika anda menjadi seorang #trainee maka anda akan dituntut menjadi manusia super secara instan (ekspektasi yang biasa disandang para trainee). Super dalam arti disini adalah bahwa anda (trainee) akan memberikan value dan profit yang cukup sehingga ccost untuk mengadakan pendidikan anda dapat terutupi (secara global perusahaan pandangannya seperti itu).
Well, fenomena ini menjadi khasanah menarik untuk dikaji menurut saya, karena paradigma #sayabanggamenjadiSeorangMT sudah banyak saya pribadi temukan, terlepas dari pilihan seseorang dan passionnya, namun alangkah baiknya ketika kita melihat suatu pekerjaan, maka lihatlah value yang akan kita BERIKAN dan dapatkan kepada perusahaan trsebut, dalam hal ini saya sebut sebagai "loyalitas".
Best Wishes
Eko Yuono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H