Mohon tunggu...
Eko Pramono
Eko Pramono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang guru yang baru belajar menulis. Dengan langkah kecil menuju obsesi besar yang akan saya raih di suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Emosi

26 Desember 2014   07:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:26 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelah ini membawaku semakin enggan menatap wajah sendumu

dinding keangkuhan telah berdiri membatu di antara engkau, aku, dan egomu

bukan sekali aku merasakan jenuh yang membuncah

hampir kumuntahkan karena rasa sesak dada sudah tak terkira

aku muak

meski seribu kali kau bersimpuh memohon

dengan tangis mendayu menyayat hati

mencoba rontokkan rasa iba yang sedikit demi sedikit menghilang

menguap di telan dinginnya malam

aku hanya mampu meraih tangan mungilmu

bukan untuk kugenggam mesra

namun kuhempas dengan paksa, kulepaskan semua harap yang pernah ada

aku lelah

mendengarkan nyanyian tangismu yang selalu hadir menyumbat

setiap inci nadi asmaraku

sudahlah, kita pungkasi saja cerita liar ini

biarkan malam mencoba mengerti arti kesendirian

biarkan mentari mengerti arti dinginnya hati

dan biarkan dedaunan berguguran mencari celah untuk membusuk

biarkan semua berjalan apa adanya

dan kita tutup paksa semuanya sampai di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun