Lelah ini membawaku semakin enggan menatap wajah sendumu
dinding keangkuhan telah berdiri membatu di antara engkau, aku, dan egomu
bukan sekali aku merasakan jenuh yang membuncah
hampir kumuntahkan karena rasa sesak dada sudah tak terkira
aku muak
meski seribu kali kau bersimpuh memohon
dengan tangis mendayu menyayat hati
mencoba rontokkan rasa iba yang sedikit demi sedikit menghilang
menguap di telan dinginnya malam
aku hanya mampu meraih tangan mungilmu
bukan untuk kugenggam mesra
namun kuhempas dengan paksa, kulepaskan semua harap yang pernah ada
aku lelah
mendengarkan nyanyian tangismu yang selalu hadir menyumbat
setiap inci nadi asmaraku
sudahlah, kita pungkasi saja cerita liar ini
biarkan malam mencoba mengerti arti kesendirian
biarkan mentari mengerti arti dinginnya hati
dan biarkan dedaunan berguguran mencari celah untuk membusuk
biarkan semua berjalan apa adanya
dan kita tutup paksa semuanya sampai di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H