Mohon tunggu...
Eko Oesman
Eko Oesman Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja-Pram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Diri Sendiri

26 Februari 2017   23:37 Diperbarui: 27 Februari 2017   00:19 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yg sulit saya hilangkan dalam diri adalah keinginan untuk menjadi orang lain. Suatu ketika saya ingin sekali menjadi seorang Kecuk Suhariyanto kepala BPS. Beliau adalah the best presenternya BPS baik nasional maupun internasional. Pak Kecuk juga penulis produktif. 

Sesekali ketika mendengar orasinya yang menggelegar, saya pingin sekali menjadi Jousairi Hasbullah. Motivator dalam dunia tulis menulis. Khususnya membumikan Data BPS kepada penggunanya. Beliau pakarnya. Sudah banyak buku lahir dari tangan dingin beliau. 

Dilain waktu, saya ingin sekali menjadi seorang Kadir Ruslan. Paling muda dibanding pak Kecuk dan pak Sairi. Tapi ulasan-ulasan yang ditulisnya berbobot, runut, mudah dipahami dan bikin ketagihan. Tiga orang dengan generasi berbeda, tapi punya minat yang sama. Yakni dunia menulis. Maap teman, diluar tulisan ringan ini banyak figur lain. Suatu saat akan saya tuliskan satu persatu.

Sayang saya tidak dilahirkan sebagai seorang statistisi, sehingga perlu sedikit pemahaman lebih untuk menjiwai makna data yang diulas. 

Menulis masalah sosial apalagi ekonomi butuh dukungan informasi dan data memadai. Bukan hanya dapat datanya, tapi perlu tau bagaimana data tersebut diperoleh, diolah, disajikan dan dianalisis. Minimal bisalah otak atik sedikit. Seperti seorang chef profesional. Hanya dengan mencicipi sedikit masakannya, dia tau kurang lebih kualitas rasanya. Apakah harus ditambah garam atau sedikit cuka. Begitu juga dengan data. Paham metodenya mengerti cakupan dan konsepnya. Bisa memaknainya.

Simak saja ulasan sang Kadir tentang bonus demografi di kompasiana. Banyak sekali data yang bisa dikaitkan. Bisa dengan pertumbuhan ekonomi, bisa dengan kemiskinan, perempuan dan indikator lainnya. Walau terlihat berat, di tangan pemerhati sosial dan ekonomi ini semua seolah menjadi mudah. Setelah membaca ulasan beliau, kita menjadi paham dan bisa saja menjadi sedikit lebay dengan mengatakan, oh kalo gitu gue ngerti sekarang. Ah ternyata gampang....atau, oh gitu hubungannya. Bahkan kita dengan pede bercerita kepada teman lain seolah kita seorang pakar sosial dan ekonomi. Hanya dengan membaca tulisan mereka.

Ah, hari ini saya pingin sekali menjadi seperti mereka. Bisa menulis dengan enak, enteng dan tentu saja mengena. Tapi faktanya saya bukanlah salah satu dari mereka. Terus apa yang harus saya lakukan?.. Saya tetap harus menjadi diri saya sendiri. Yang harus saya perbuat hanyalah menjadikan mereka sebagai target motivasi. Jika saya ingin seperti mereka, belajarlah, berkawanlah dengan data.

Selanjutnya perbanyak membaca. Membuka cakrawala. Lalu tulislah apapun yang ada di kepala. Jangan biarkan dia meledak. Lalu berdenyut tak menentu. Mengetiklah. Jangan biarkan HP mahal hanya untuk membalas wa atau foto selfie. Tulislah sesuatu, share dan rasakan sensasinya. Seperti yang dikatakan pak Kecuk jarimu adalah harimaumu. Saya pingin jadi harimau yang baik tentunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun