Mohon tunggu...
Eko Heppy Sulistio
Eko Heppy Sulistio Mohon Tunggu... Lainnya - Asn

Seorang anak pulau yang biasa saja tidak ribet apalagi protokoler, menyukai setiap perubahan apapun ke arah yang lebih baik.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Saya Lebih Memilih Golput, Bang"

19 Maret 2014   00:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_299615" align="aligncenter" width="300" caption="Seorang Relawan Demokrasi segmen perempuan angkat bicara."][/caption]

[caption id="attachment_299614" align="aligncenter" width="150" caption="Pada Kirab KPU Belitung Timur, Babel"]

13951372331575830751
13951372331575830751
[/caption]

“Saya memilih Golput saja, bang. Tak seorangpun yang saya pilih di pemilu lalu memuaskan keinginan saya, ditahun inipun sama. Saya memilih atau tidak tak akan merubah nasib saya bang..!”

Begitu jawaban seorang Bapak-bapak paruh baya saat kutanyakan tentang keinginannya menggunakan hak pilih di pemilu 9 April 2014 nanti.

Tak jauh berbeda, di pasar Lipat Kajang Manggar, di kerumunan tukang ojeg dan tukang parkir saya mendekat sembari membawa brosur bertuliskan ‘Tidak Menggunakan hak pilih, berarti anda menyerah untuk menentukan Masa Depan Bangsa’, dengan santai kami bagikan brosur itu ke mereka yang menerima dengan ‘setengah hati’. Kawan-kawan lainnya berjalan ke pertokoan, memakai kaos pemberian KPU Belitung Timur bertuliskan “Yuuk Cobloss!” yang dibagikan gratis kepada para relawan demokrasi.

Iya, kami adalah kumpulan Relawan Demokrasi yang direkrut KPU, se Kabupaten ada 25 orang dengan berbagai segmen dan sasaran. Sekilas tampak enteng tugas dan perannya, hanya sebatas sosialisasi dan mengajak untuk tidak Golput. Namun sebagian relawan ada yang jenuh mendengar jawaban warga yang tak berminat untuk memilih atau menggunakan hak suaranya. Mereka mengemukakan alasan yang sama, bahwa pilihan mereka tak akan merubah keadaan mereka, bahkan memilih atau tidak toh yang beruntung yang dipilih, tak berdampak pada mereka yang memilih…begitu.

Relawan Demokrasi yang tak seberapa di fasilitasi oleh KPU memang menjadi ujung tombak sosialisasi KPU dalam menyebarkan informasi ke public terkait pemilu saat ini, taka da lagi yang pantas mengkambinghitamkan KPU dengan alas an KPU minim sosialisasi lagi, namun disinilah tugas berat relawan demokrasi yang harus memahami betul seluruh materi seputaran Pemilihan Umum di Indonesia, dan tak cukup bimbingan teknis kepemiluan selama dua hari bagi relawan untuk bekalnya, dibutuhkan instuisi luar biasa saat menjawab pertanyaan warga yang kritis, sebuah jawaban yang bukan mendoktrin mereka, namun memberikan mereka petunjuk bahwa penting kehadiran mereka untuk tidak golput atau cuek terhadap pesta demokrasi pemilu seminim apapun efeknya buat mereka.

Bupati Belitung Timur, Basuri Tjahaja Purnama, Adik Ahok dalam sebuah pertemuan sampai mengatakan kepada warga agar menggunakan hak pilihnya, atau kalau tidak jangan sampai berani dating membuat KTP atau apapun yang menyangkut identitasnya sebagai warga Negara. Hal ini tentu wajar jika dilakukan terhadap mereka yang tak peduli dengan pemilihan umum, karena kea rah mana kebijakan ke depan sedikit banyak tetap di pemilu inilah dipijakkan dasar langkahnya.

Wajar saja jika masyarakat jenuh dan apriori dengan para calon legislative yang memajang namanya besar-besar itu,  kepada partai yang enggan memikirkan mereka atau kepada para pemimpin yang kemudian terlahir dari sebuah proses pemilihan umum. Kebanyakan mereka dianggap ‘kacang lupa kulitnya’. Namun Taufiq Ismail mengatakan: Dalam Setiap Perjuangan selalu melahirkan pengkhianat dan para penjilat.

Semoga kami yang tulus berjuang di relawan demokrasi ini bukanlah bagian dari pengkhianat dan penjilat itu. Juga rakyat yang tak menggunakan hak pilihnya pun, bukan pengkhianat bangsa ini.

Maaf Kompasioner, saya lama tak mampir ke Kompasiana. Tulisan ringan ini menjadi awal saya untuk kembali menorehkan tinta buat Kompasiana yang tetap dirindu. Afwan.

1395137024215214334
1395137024215214334

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun