Setelah dua tahun berturut-turut (2020-2021), pada- mana Lebaran mereka terkungkung oleh "Pandemi Covid-19", pada perhelatan budaya "Larung Damar Kambang" itu, kegembiraan kembali bisa diraihnya.Â
Anak-anak, ibu-ibu, serta warga RW IX di Kelurahan Oro-Oro Dowo, yang kampungnya dibelah oleh "Drai- nase Induk" Kali Sukun, memperoleh kegembiraan dirinya.Â
Para mitra, dari penjuru Malang Raya (Kota dan Kabupaten Malang serta Kota Batu) berjejaring dalam bingkai persaudaraan. Kampung terbuka untuk dimitrai oleh siapa saja, tentu dengan etikat baik untuk saling berbagi (sharing).Â
Semoga peristiwa kemitraan, yakni antara warga kampung dan seniman-budayawan lintas persona, lintas komunitas ini menjadi model kesetiakawanan sosial pada kampung-kampung di Malang Raya. Terima kasih kerjasama dan kontribusi berbagai pihak. Â Kita berharap helat budaya ini tak bagai "sekali ber- arti setelah itu mati", melainkan bakal jadi "agenda tahunan" yang kian menemukan sosok uniknya, mendapat kemasan ikoniknya. Sesungguhnya lah, yang menarik serta penting untuk disinggahi di Kota Malang, bukan sekedar "Koridor Kayu Tangan", na- mun juga "kampung-kampung di balik koridornya (Kampung Kampung SKABROM maupun Kampung Talun).Â
Apa yang dilakukan pada malam tsb barulah proto- tipe. Masih merupakan ikhtiar rintisan, yang perlu lebih digarap ulang dengan lebih baik pada waktu- waktu mendatang. Kendati demikian, merupakan suatu awalan yang baik. Potensi anak-anak kam- pung tengah kota di Kampung SKABROM ini adalah "aset masa depan" yang musti terus-menerus untuk ditumbuh kembangkan. Terbuka kemungkinan untuk bina menjadi contoh model "kampung anak tengah kota" yang areal bermainnya terbatas. Area binaan tidak harus berskala besar, seperti setingkat desa ataupun setingkat kota, namun telah cukup meski hanya berskala mikro, yakni setingkat kampung (yang di lingkungan perkotaan bisa selingkungan RW).Â
Kemandirian Kampung adalah Kunci
Berikut adalah liputan dari apa yang telah dilakukan Kampung Sejarah Kelurahan Sumbersari menggelar Festival Tawangsari Kampung Sejarah sbb :
Acara tersebut diatas bisa terlaksana karena kolaborasi dari semua unsur. Para penggagas dan Para pegiat tidak hanya menunggu bantuan dari pihak terkait, tapi para pegiatnya melakukan jejaring kreatif dengan semua unsur dan merangkul kerja sama inovatif dengan pihak terkait.
Kemandirian membangun dan mengangkat potensi kampung harus diperjuangkan secara swadaya, swakarsa dan swakelola untuk berdikari oleh para pegiatnya. Sekalipun kecil, tapi hal tersebut sudah merupakan langkah maju yang menginspirasi. Kegembiraan adalah sesuatu yang harus diraih oleh warga sekitar.Â
Banyak kampung punya inovasi dan potensi, tapi tidak berani melangkah karena hanya berjuang sendiri. Mereka hanya menunggu dan menunggu dari pihak terkait untuk membantu dan mengangkat potensi kampungnya. Terus kapan berhasilnya? Ibarat orang pingin ikan, maka harus buat pancing. Dan pancing itu disebut kolaborasi swadaya. Tanpa pancing, potensi dan inovasi hanya konsep nonsen diatas kertas yang menunggu orong orong ngendong gong.