Tak pulang, rindu. Pulang, malu. Dilema terulang, keluhan basi yang meradang.
Diri ini sudah jungkir balik. Bekerja siang malam. Kadang sampai keok dan penyakitan. Paksa diri bak romusha. Bukan tak bersyukur, tapi capaian hasil ini, tak sebesar audit ghibah di kampung mudik.
Kalau aku, tak suka pura pura. Sangat mudah sandiwara. Ngaku tajir kayak crazy rich. Bisa diatur. Tapi kejujuranku, bak tai memalukan, dihadapan dewan agung para jawara rasan rasan.
Bertemu bukan kangen. Bukan silaturahmi. Tapi diukur punya apa. Bisa apa. Diaudit dulu dan sekarang. Yang bermasalah, jadi bahan lezat, yang maknyus dighibah. Usai mudik kemanaÂ
Pamer saat mudik dianggap hebat. Kebanggaan palsu, dipuji setinggi langit di kampung. Apa berkah Ramadhan itu sukses replika, kemenangan Abal Abal. Menipu siapa? Itu tipu diri sendiri.Â
Jika begini, usai mudik kemana? Persiapan sandiwara baru untuk tahun depan. Ditumpuk drama drama penuh kepalsuan. Apakah bahagiaku itu cuma kepalsuan?
Astagfirullah ....
Malang, 4 Mei 2022
Ditulis oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H