Rasa Urup Puisiku #7 : Mudik
Ditulis oleh : Eko Irawan
Kenapa Mudik harus lebaran. Harus bareng SeIndonesia Raya. Inilah Tradisi Unik negeriku. Titik kulminasi kangen bernama Mudik.
Jadinya bermacet ria dijalanan. Â Penuh sesak berdesakan. Pasar ramai belanja lebaran. Libur dan cuti bersama diadakan. Quality time buat sanak saudara liburan.
Mudik itu setahun sekali. Ajang berkah silaturahmi. Disinilah nyala rasa urup sejati. Tatap muka bersama sanak famili.
Dari mudik yang tak Kusuka itu pamer. Dari sandal hingga kopyah. Dari baju hingga kendaraan pribadi. Dipertanyakan bukan kabar, tapi tampak harta yang disandang.
Kembalikan kefitrah kebaruanmu. Itu capaian imanmu. Merunduklah seperti padi. Berisi. Berkualitas. Itulah hasil mulia puasa Ramadhan. Tapi jika.....
Yang mudik tapi pamer. Sombongkan duniamu. Hartamu. Seolah capaianmu setinggi langit. Itu bukti hanya sejengkal pahammu, mininya nyalamu, Bukan itu rasa urupmu.Â
Karena Hikmah Mudik, bukan pamer.Â
Malang, 29 April 2022
(Baca seri Rasa Urup Puisiku lainnya :
https://www.kompasiana.com/search_artikel?q=Rasa+urup+puisiku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H