28 April 1949. Hari itu, Kau mati Muda. Jasamu dikenang, Sebagai Hari Puisi Nasional. Agar citamu tetap membara. Untuk seribu tahun.
Karena Si Binatang jalang tetap hidup untuk 1000 tahun. Menuju karyaku ke 1000, puisiku ini sekarang. Di malam 1000 berkah Ramadhan. Tahun ini. Sebuah kebetulan, Semua telah diatur KuasaNya. Skenario teater monolog sang penerus.
Ku baca ulang sajakmu :
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!
Dan aku ini..
Menuju 1000 untuk 1000. Sungguh kumasih jauh dari dirimu. Duhai Binatang Jalang. Malu diri ini tak sekaliber dirimu. Kau telah mati, tapi nyawa juangmu tetap membara. Membakar jaman baru sekarang.
Malang, 28 April 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Seri Teater Monolog 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H