Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Left My Heart In Semarang (Jalan Jalan Sejarah #2)

8 April 2022   23:36 Diperbarui: 9 April 2022   00:01 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu gimbal, gambar dari kompas.com

Left my heart in Semarang
Seri Jalan Jalan Sejarah 2
Ditulis oleh : Eko Irawan

(Baca kisah Jalan Jalan Sejarah #1 sebelumnya, Romansa Asmaraloka Balekambang 

https://www.kompasiana.com/eko67418/623dd0ef274a7a38905990e2/romansa-asmaraloka-balekambang-jalan-jalan-sejarah-1

Selamat membaca)

----------------------------

Dari Jogja ke Semarang. 2 jam 41 menit kita lalui jalan tol Semarang solo. Sepanjang jalan kita bisa banyak cerita. Duduk berdua. Rasanya dunia jadi milik kita berdua.

Apa yang akan kita cari di Semarang? Tentu cari makan dulu. Yang khas. Yang tidak ada di malang, asal kota kita berdua. Beginilah cara menikmati hidup.

Tentu kita banyak lalui kisah. Bermacam warna. Saatnya menikmati hidup seperti yang lain. Dan bersamamu ini merupakan syukur, setelah lama lalui ujian.

Bukan saatnya kita bicara sedih. Karena sekarang aku milikmu. Dan kamu milikku.  Usai sudah semua perbedaan. Kemarin sudah jenuh buang buang waktu, hanya untuk bicara idealisme. Egoisme. Dan sejuta perbedaan.

Cinta itu bukan untuk dipertentangkan. Cari salah dan benar. Kata orang dalam ghibah, sudah kita lalui. Karena cinta itu bahasa hati. Hanya ada aku dan dirimu. Sederhanakan saja, dinikmati apa yang ada.

Cari Makan di Semarang. Penasaran juga dengan tahu gimbal. Tahu gimbal merupakan masakan khas Semarang yang terbuat dari tahu goreng, sayuran, dan bakwan udang. Sajian ini ditambahkan juga dengan kuah kacang yang terbuat dari kacang goreng tumbuk kasar.

Tahu gimbal, gambar dari kompas.com
Tahu gimbal, gambar dari kompas.com

Ada potongan lontong yang juga disajikan di sepiring tahu gimbal, bikin masakan ini jadi makin mengenyangkan. Itulah kuliner awal yang menyambut kita datang di Semarang.

Setelah kita lepas penat, Ki jalan ke Lawang Sewu. Berdua, bergandeng tangan, seolah kita pasangan muda kasmaran. Tak ada yang salah kok, anugerah ini datangnya sekarang, diusia yang tak lagi muda.

Lawang Sewu sekarang, begini penampakannya 

https://youtu.be/INCoaEzRQNU


Insting sejarah ku mulai bergejolak. Bangunan haritage sisa masa kolonial begitu megah di depan mata. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada 27 Februari tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907.

Begini asal usul Lawang Sewu Semarang
https://youtu.be/agMZZLjY0tI
 

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Gedung ini Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia.

Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah.

Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.

Lawang Sewu juga memiliki sisi kelam yang jauh dari kesan sebuah perkantoran. Selain lantai satu dan dua berfungsi sebagai perkantoran, kantor ini juga memiliki ruang bawah tanah dan lantai tiga.

Lantai tiga berupa loteng dan ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai penjara bagi para tahanan di masa penjajahan. Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, ruang bawah tanah dan loteng ini menjadi penjara paling kejam bagi orang Netherland.

Hmm.. asyik juga jalan jalan sejarah ala kita berdua. Serasa kita jadi wisatawan time travel. Menembus ruang waktu sejarah.  Dalam gedung gedung cagar budaya. Yang dihidupkan kembali dalam ajang pariwisata.

Tentu, kita lepaskan sisi mistis dari gedung ini. Kita sedang jalan jalan romantis, jadi untuk apa membahas hal hal syerem. Nikmati saja menyusuri lorong lorong indah di gedung besar ini. Inilah wisata sejarah Semarang yang sudah digagas sejak 2011 hingga kini.

Tak lupa kita sempatkan jalan jalan ke kota lama Semarang. Asyik juga jalan jalan ke nuansa behaula. Di sekitar Kota Lama dibangun kanal-kanal air yang keberadaanya masih bisa disaksikan hingga kini, meski tidak terawat. Hal inilah yang menyebabkan Kota Lama mendapat julukan sebagai "Little Netherland". Lokasinya yang terpisah dengan lanskap mirip kota di Eropa serta kanal yang mengelilinginya menjadikan Kota Lama seolah miniatur Belanda di Semarang.

Kawasan Kota Lama Semarang dahulu disebut juga Oudestadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, tampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga tampak seperti kota tersendiri dengan julukan "Little Netherland". 

Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi dan Stasiun Tawang. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kukuh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. 

Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan yang ada di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah.

Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini.

Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara pengawas. Masing-masing menara diberi nama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten.

Kota Lama menjadi salah satu ikon primadona bagi warga Kota Semarang sampai mancanegara turut datang ke Kota Lama ini. 

Untuk mengenang keberadaan banteng yang mengelilingi kota lama, maka jalan-jalan yang ada diberi nama seperti Noorderwalstaat (Jalan Tembok Utara-Sekarang Jalan Merak), Oosterwalstraat (Jalan Tembok Timur -- Sekarang Jalan Cendrawasih), Zuiderwalstraat (Jalan Tembok Selatan-Sekarang Jalan Kepodang) dan juga Westerwaalstraat (Jalan Tembok Barat-Sekarang Jalan Mpu Tantular).

Saat ini beberapa bangunan yang ada telah dialihfungsikan sebagai:
Gedung bekas De Javasche Bank yang saat ini menjadi Semarang Kreatif Galeri.
Gedung bekas Kantor Pengadilan Pemerintahan Belanda yang pernah menjadi rumah dinas pendeta Gereja Immanuel dan pada 2006 menjadi rumah makan mewah bergaya Sunda.
Gedung Marba.
Gedung Spiegel yang saat ini digunakan untuk bar dan bistro.
Gedung bekas Van Drop, saat ini menjadi Dream Museum Zone
Gedung Marabunta yang menjadi gedung serbaguna, dahulunya bernama Statschouwburg yang merupakan Gedung Komedi.
Gedung Keuangan PAPAK yang dulunya merupakan Gedung Balai Kota.
Bank Mandiri KC Mpu Tantular dulunya merupakan gedung Societiet De Harmonie.
Gereja Blenduk yang dibangun pada abad ke 18, dan masih berfungsi sebagai tempat ibadah hingga saat ini.
Jembatan Berok (Gouvernementsbrug) yang dibangun pada abad ke 17 dan masih kokoh hingga saat ini. 

Berikut liputan Niko channel tentang kota lama sekarang
https://youtu.be/Plubc67OHIA


Demikian Wikipedia menceritakan tentang kota lama Semarang. Jadi kita berdua tak hanya jalan jalan, tapi juga belajar sejarah. Serasa kita jalan jalan di Eropa.

Cerita jalan jalan di Semarang sangat mengesankan. Berdua bersamamu, serasa menembus ruang waktu. Jalan jalan sejarah, wisatawan jaman now, sang time travel menembus romansa masa lalu.

Lelah juga sehari ini. Kita pun duduk di bangku. Dibawah temaram lampu. Tak terasa hari sudah malam. Tapi lelah ini terbayar.  

Left my heart in semarang. Serasa hati kita tertinggal di romantisnya sekarang. Berdua. Mewujudkan hati penuh cinta. Mewujudkan kasih berdua, hingga ke Semarang. 

Kau sandarkan tubuhmu ke pundak ku. Kau pegang jemariku. Tak kau lepaskan. Erat. Berbagi rasa, berbagi kisah. Malam ini kita akan nikmati indahnya Semarang.

Left my heart in Semarang. Love you forever.

Semarang, 8 April 2022

(Referensi : terima kasih pada Wikipedia, kompas.com, Niko channel, Asal usul Klampok Studio, zona indah official, dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun