Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Left My Heart In Semarang (Jalan Jalan Sejarah #2)

8 April 2022   23:36 Diperbarui: 9 April 2022   00:01 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan jalan sejarah 2 dokpri istimewa

Cari Makan di Semarang. Penasaran juga dengan tahu gimbal. Tahu gimbal merupakan masakan khas Semarang yang terbuat dari tahu goreng, sayuran, dan bakwan udang. Sajian ini ditambahkan juga dengan kuah kacang yang terbuat dari kacang goreng tumbuk kasar.

Tahu gimbal, gambar dari kompas.com
Tahu gimbal, gambar dari kompas.com

Ada potongan lontong yang juga disajikan di sepiring tahu gimbal, bikin masakan ini jadi makin mengenyangkan. Itulah kuliner awal yang menyambut kita datang di Semarang.

Setelah kita lepas penat, Ki jalan ke Lawang Sewu. Berdua, bergandeng tangan, seolah kita pasangan muda kasmaran. Tak ada yang salah kok, anugerah ini datangnya sekarang, diusia yang tak lagi muda.

Lawang Sewu sekarang, begini penampakannya 

https://youtu.be/INCoaEzRQNU


Insting sejarah ku mulai bergejolak. Bangunan haritage sisa masa kolonial begitu megah di depan mata. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada 27 Februari tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907.

Begini asal usul Lawang Sewu Semarang
https://youtu.be/agMZZLjY0tI
 

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Gedung ini Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun