Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ide Nulis Buntu? Dolene Kurang Adoh Masseh

28 Maret 2022   22:53 Diperbarui: 28 Maret 2022   22:57 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nila farm dokpri Eko Irawan

Ide menulis buntu? Itu problem yang dihadapi oleh semua penulis. Apalagi penulis independen. Para penulis yang tergabung dalam lembaga tertentu, dia dapat perintah job jelas untuk menulis suatu tema termasuk segala fasilitasnya jika memang ada. Tapi penulis independen dan freelance, masalah ide buntu adalah masalah signifikan. 

Apalagi dia belum punya proyeksi manfaat apa akan dia dapat setelah menulis ide tertentu. Karya penulis pemula kadang dibaca saja tidak, apalagi diapresiasi. Penulis pemula memang butuh waktu untuk membuktikan diri bahwa karyanya itu punya nilai plus. 

Bagi penulis independen, butuh branding diri agar kapasitasnya sebagai penulis dapat tempat dihati pembaca dan karyanya diperhitungkan khalayak pembaca. Untuk itu butuh perjuangan dan konsistensi. 

Artikel berikut saya kemas dalam seri inspirasi Eko Irawan, sebuah artikel berbasis pengalaman saya pribadi selama jadi penulis baik di Kompasiana, website pribadi atau website lembaga. Semoga artikel ini menginspirasi, selamat membaca.

Penulis itu harus gaul.

Kamu kuper, introvert dan hanya jadi generasi rebahan dikamar saja? Kamu tetap bisa jadi penulis kok. Gaul yang saya maksud adalah pengalaman, pengetahuan dan wawasanmu harus luas dan dibutuhkan para pembaca. 

Tidak gaul itu bukan dandanan dan life style, tapi hal hal yang dibutuhkan seorang penulis itu apa sudah ada atau tidak. Apa yang dibutuhkan seorang penulis?

1. Sahabat yang menginspirasi, ini didapat bagi kamu yang gaul, punya sahabat karib dan kemana mana bersama mereka. Ide yang bisa diperoleh dari mereka mulai dari curhat, gaya hidup, hobby,. Pekerjaan hingga sikap pacar. Lalu bagaimana yang sahabatnya firtual di medsos? 

Tetap bisa, tapi harus selektif. Karena kita mengenal sahabat medsos adalah mereka yang membangun pencitraan. Dimedsos kita bisa cerita makan di resto Jepang, padahal makan di lapak cilok. Itu tidak salah, karena setiap orang punya hak membangun citranya sendiri dalam dunia medsos. Lebih baik, penulis itu kenal orangnya, bukan kenal profil medsosnya. 

2. Kegiatan dan project komunitas bersama. Bagi kaum penulis rebahan, ide diranah ini sulit didapat. Ia punya pacar, tapi pacarnya virtual, kenal profil medsosnya, akrab, tapi tidak pernah bertemu orangnya. Kegiatan dan project komunitas adalah ide menulis gaul yang tak akan habis untuk ditulis.

3. Literasi yang mendukung. Sebuah ide, minimal harus didukung literasi yang mendukung, minimal tulisanmu punya dasar yang melandasi. Kebiasaan membaca, akan membangun kualitas wawasanmu. 

Yang malas baca, asumsi dalam ulasan karyamu dangkal, miskin dan kadang dipertanyakan alasan kenapa kesimpulan tulisanmu demikian dan kamu tidak bisa jawab, akhirnya berhenti jadi penulis.

4. Miliki motivasi penulis. Orang yang tidak punya tujuan, akhirnya hanya rebahan dan perannya tidak dikenang oleh siapapun karena miskin kontribusi. 

Penulis itu ibarat orang yang merekam jejak langkah dan kelak tulisannya akan jadi referensi dan dibutuhkan generasi masa depan. Penulis punya kontribusi pada sejarah peradaban. Tak menulis, akan hilang ditelan perubahan waktu dan peradaban baru.

Atasi ide nulis buntu 

Sebagai penulis, saya juga pernah mengalami ide buntu. Itu terjadi karena banyak faktor, antara lain karena:

1. Tidak fokus dan tidak memiliki managemen konflik. Penulis yang tidak bisa mengelola permasalahan yang dihadapi, akan terjebak masalah yang berlarut larut tanpa solusi. 

Siapa bilang hidup itu baik baik saja tanpa masalah? Sepanjang hidup, manusia itu punya masalah. Contoh mau keramas, sabun habis mau beli dompet kosong. Itu sebuah permasalahan sekalipun harga sampo saset hanya 2 ribu perak, tapi saat Ndak punya dwit harus keramas pake sabun. 

Masalah hidup harus diatasi dengan managemen konflik, yaitu mengatur secara cerdas mana rumah, kantor, komunitas atau hobby, sehingga saat kamu berada di kantor, kamu tidak membawa masalah rumah. 

Sebagai penulis, kamu tetap fokus dan profesional menulis sekalipun lagi ada masalah. Kamu bisa? Sayapun belajar.

2. Dolenmu kurang adoh masseh 

Wawasan sempit terjadi karena dolenmu kurang adoh masseh. Itu istilah gaul bahasa Jawa dengan kata kata gaul masseh dari Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng. Artinya mainmu kurang jauh masseh. 

Kamu yang hidup dilingkungan terkecil, tidak pernah keluar kampung, paling pergimu hanya ke mushola berjarak 3 rumah dari tempat tinggalmu, apa yang akan kau ketahui sebagai ide menulis?

Kamu tak punya teman, nongkrongmu hanya di pos jaga kampung, temanmu hanya itu itu saja, dari mana inspirasi dan ide tulisanmu bisa berwawasan lebih luas?

Dolen atau main itu membuka wawasan mu. Orang yang tak pernah dolen, pikirannya tidak pernah refereshing. Komputer super canggih saja, tidak pernah direfresh bisa Hank. 

Bisa not responding. Jadi mereka yang ide buntu, caranya sekali waktu Dolen untuk tujuan refereshing. Orang yang tak pernah dolen, wawasannya itu itu saja. Lawan bicara saja malas mendengarkan, apalagi jika itu ditulis. Kapasitas menulismu sempit wawasan dan tidak menginspirasi.

Jadi bagaimana cara jitu mengatasi penulis ide buntu?

Sekali waktu pergi dolen masseh. Jangan Bebani otakmu dengan hal hal yang tidak prodoktif. Beberapa orang menyatakan sudah pensiun dolen. Sudah bosen. Sebenarnya itu pernyataan munafik menipu diri. Andai otak bisa bicara, pasti protes dan anggap kamu egois, memaksa diri dan sama sekali tidak peduli dengan kesejahteraan otak. Ilmiahnya bagaimana? Monggo bisa di browsing. 

Dolen, juga tidak perlu jauh dan biaya mahal. Itu kenapa penulis juga harus punya hobby. Dunia hobby juga dunia ide yang kaya untuk bahan tulisan. Saya juga penulis yang mengawali karier menulis di kompasiana berbasis hobby.

Contohnya kegiatan sbb:

Giat Parade Juang Surabaya 2016 dokpri istimewa
Giat Parade Juang Surabaya 2016 dokpri istimewa

Foto diatas adalah tema Reenactor yang kaya ide untuk ditulis sebagai artikel menarik untuk ditulis. Tema lain yang sederhana bisa ditulis adalah hobby diecaster seperti sbb 

D oke garage koleksi Eko Irawan
D oke garage koleksi Eko Irawan

Hobby miniatur mobil ini bisa mengembangkan ketrampilan lain dalam hobby fotografi. Inspirasi ini bisa juga jadi ide untuk ditulis. 

Nila farm dokpri Eko Irawan
Nila farm dokpri Eko Irawan

Foto diatas adalah kolam nila bioflok juga bisa jadi ide menarik untuk ditulis.

Ide menulis selain bersumber dari hobby, juga bisa didapat dengan Dolen. Selain refereshing menyehatkan otak, dolen bisa menambah wawasan, pengalaman dan bertemu dengan kenalan baru. 

Jadi penulis independen dan freelance, memang harus bangkit secara mandiri untuk secara sadar tetap aktif dan kreatif dalam mengembangkan kapasitas kepenulisannya. Agar maksimal menulis, maka menulis harus dijadikan hobby saja. Kenapa? Karena dalam hobby itu ada rasa seneng dan tanpa beban. Kedepannya jadi lancar menulis, tanpa alasan lagi

Bagaimana pendapat kompasianer? Semoga menginspirasi

Malang, 23 Maret 2022

Ditulis oleh Eko Irawan 

Untuk seri Inspirasi Eko Irawan 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun