Cerita Cinta Pujangga. Cinta itu diperjuangkan. Ia ada jika diketemukan. Diusahakan. Perjuangan cinta itu berat. Karena cinta jika sama sama berjuang.
Cinta itu dua hati. Memahami cara untuk mencintai. Tapi cinta jika sama sama berjuang. Karena hasilnya, untuk berdua. Yang mau menjaga cinta untuk bersemi. Tumbuh diantara dua hati.
Cinta juga bukan tontonan. Cinta bisa hebat, saat diperjuangkan berdua. Bersama. Tapi semua butuh proses. Seperti pohon tumbuh membesar. Semakin kuat menghadapi badai. Dalam perjalanan waktu.
Jaga cinta, jangan sampai luntur. Jika ditonton saja, dituntut saja, apalagi kau gusur dan diobral aibnya demi cinta yang lain, kelak tak perlu menyesal jika cintamu diambil orang.Â
Cinta jika sama sama berjuang. Rasakan suka dukanya. Manis pahitnya. Jangan hanya mau manis, tapi saat pahit menolak. Tak butuh lalu dibuang dan ditukar. Itu cara kejam membunuh cinta. Apalagi menolak bukti yang sudah baik diwaktu lalu. Itu watak penonton, bukan pejuang. Penonton tak pernah bisa ikut memiliki.Â
Bahagia itu harus diperjuangkan bersama. Dari titik nol. Tak perlu malu mengakui. Cinta itu sama sama butuh, tak diakuipun tetap akan cinta, karena cinta akan jadi bara semangat hidup. Buat terus membara, karena memadamkannya seperti bunuh diri. Butuh, tapi pura pura tak butuh.
satu kata di tema ini, bahwa cinta itu milikmu. Rawatlah dengan baik. Jika dia datang, tak perlu munafik pura pura menolak cinta. Untuk apa malu, ini bukan dunia coba coba. Jika Tuhanmu berkehendak, apa kau masih sandiwara pura pura tak butuh?
(Bersambung)
Lorong Cinta Pujangga, 19 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H