Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tapal Batas (Rasa Urup Puisiku #3)

11 Maret 2022   11:13 Diperbarui: 11 Maret 2022   11:15 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasa Urup puisiku #3 dokpri

Tapal Batas
Seri Rasa Urup Puisiku #3
Ditulis oleh : Eko Irawan
--------------------------------
Puisiku itu sebenarnya lautan. Sumber tiada habis. Dan Seharusnya ku malu pada Pram. Chairil Anwar. Atau WR. Soepratman. Mereka tidak cengeng dalam kemiskinan. Keterbatasan. Tapi mereka tangguh.

Mengeluh mengharu biru. Tapal batas yang menstop pena karya. Alasan yang memporak porandakan kepala. Jadi pening. Berat. Tak Fokus pada karya. Jadi nyanyi hampa yang bisu.

Produk pandemi. Jadi miskin mendadak. Tontotan tak lucu. Dijual tak laku. Yang dasar tak terbeli. Semua tak tercukupi. Lapar perut. Lapar semuanya. Kebutuhan terus, pendapatan tak mumpuni.

Tapal batas. Membuat terhenti. Menembusnya jadi nyanyian api. Tentang sakit jiwa. Tiba tiba jadi tak waras. Sinting. Dan ditertawakan dalam majelis Ghibah. Tentang manusia tak berguna. Yang di bully nasib.

Malang, 11 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun