Tapal Batas
Seri Rasa Urup Puisiku #3
Ditulis oleh : Eko Irawan
--------------------------------
Puisiku itu sebenarnya lautan. Sumber tiada habis. Dan Seharusnya ku malu pada Pram. Chairil Anwar. Atau WR. Soepratman. Mereka tidak cengeng dalam kemiskinan. Keterbatasan. Tapi mereka tangguh.
Mengeluh mengharu biru. Tapal batas yang menstop pena karya. Alasan yang memporak porandakan kepala. Jadi pening. Berat. Tak Fokus pada karya. Jadi nyanyi hampa yang bisu.
Produk pandemi. Jadi miskin mendadak. Tontotan tak lucu. Dijual tak laku. Yang dasar tak terbeli. Semua tak tercukupi. Lapar perut. Lapar semuanya. Kebutuhan terus, pendapatan tak mumpuni.
Tapal batas. Membuat terhenti. Menembusnya jadi nyanyian api. Tentang sakit jiwa. Tiba tiba jadi tak waras. Sinting. Dan ditertawakan dalam majelis Ghibah. Tentang manusia tak berguna. Yang di bully nasib.
Malang, 11 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H