Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Stri Nareswari #14 : Romansa Panah Asmara

5 Maret 2022   13:44 Diperbarui: 5 Maret 2022   13:47 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stri Nareswari #14 dokpri

Dewa Asmara Romawi, yang dinamai "Cupid", sebagai anak kecil imut bertubuh montok bersayap. Membawa atribut panah kecil dan obor. Kekuatan Cupid justru terletak pada busur panahnya. Ketika seseorang terkena panahnya, ia dipenuhi oleh gairah yang tidak bisa mereka kendalikan. 

Panah asmara bisa melukai, yang acap disebut "luka asmara". Api dari obornya bisa membakar hati, yang menimbulkan "api asmara". Sayap Cupid lambangkan kehendak bebas dari pasangan asmara.

pasangan asmara bisa terbang bersama atau sebaliknya mengubah pikiran mereka untuk terbang menjauh satu sama lain.  Kekanakan dan tidak pernah tampil sebagai pria dewasa, karena cinta itu tidak masuk di akal.

Dewa asmara Hindu, Dewa Kama (dalam pewayangan dinamai "Bhatthara Kamajaya", digambarkan sebagai seorang pemanah muda tampan yang mengendarai burung nuri.

Dewa cinta Kama mempunyai lima anak panah asmara, yang memiliki kemampuan untuk :
(a) menawan hati,
(b) memesona dan
(c) membangkitkan birahi.
Lima panah Dewa Kama itu adalah : (1) Madana, (2) Mohana, (3) Nishma- rana, (4) Murcchana, dan (5) Niscestikarana.

Sosok Kama kerapkali dipersandingkan dengan istri saktinya, yakni Ratidewi, sebagai lambang gairah dan nafsu. Kama merupakan salah satu tujuan hidup manusia, tujuan penting serta menyehatkan bila dicapai tanpa mengorbankan tiga tujuan yang lainnya, yaitu :
(a) darma (kehidupan benar, layak, dan bermoral),
(b) arta (kemakmuran, kesejahtera- an, mata pencarian yang benar, dan
(c) moksa  (aktualisasi diri, kebebasan, kemerdekaan). 

Dalam pewayangan Jawa, Kama diberi sebutan sebagai "Bhattara Kamajaya", yang beristrikan "Dewi Ratih". Kama dan Ratih dikenal sebagai dewa-dewi cinta yang menjadi simbol tentang kerukunan suami- istri. 

Kamajaya adalah putera dari Sang Hyang Isma. Kama berparas elok, berbudi luhur, jujur, berhati lembut dan penuh kasih pada istrinya.  Pasangan Kama-Ratih digambarkan saling menyayang, saling mecinta, amat rukun dan selalu menjaga kesetiaan lahir-batin. Kamajaya dan Kamaratih tidak pernah berpisah. 

Panah sakti atau senjata pamungkas Bhattara Kamajaya dinamai "Kyai Pancawisaya". Dalam Tatkala Dewa Kama telah melepaskan panahnya, maka orang menjadi lupa diri, lupa daratan, segala yang ada hanyalah yang dia yang dicintainya. 

Cinta adalah "urusan hati", jatuh cinta karenanya disebut "jatuh hati". Dapatlah dimengerti mengapa cinta disimbolkan dengan hati, yang bentuknya seperti daun waru berwarna merah bunga. Dilukiskan berwarna merah bunga, sebab manakala tengah jatuh cinta, serasa hati berbunga-bunga. Yang menjadi musabab hati berbunga-bunga adalah panah bunga yang melezat dan menancap tepat di titik tengah hati (telenging ati)  Demikianlah latar mengapa cinta diiikonkan dengan hati yang tertembus mata panah. 

Bagaimanakah panah asmara menyatukan Angrok Dedes? Selamat membaca lanjutan kisah Stri Nareswari selanjutnya.

(Bersambung)

Malang, 5 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun