Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Stri Nareswari #10: De Potrait Beelden

11 Januari 2022   20:51 Diperbarui: 11 Januari 2022   21:19 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stri Nareswari #10 de potrait beelden (dokpri Istimewa)

Baca kisah sebelumnya: Stri Nareswari #9: Relevansi Stri Nareswari Menembus Masa

------------------------------
Saat datang ke kota Malang. Dari arah Lawang. Kita kan disambut taman asri, Taman Kendedes. Dari situlah berawal mencari Jejak Sang Stri Nareswari. Wanita utama, tetap relevan dari Jawa kuno hingga milenial.

Video Taman Kendedes Di Malang


Tafakur sejenak. Tentang kisah Ken Dedes. Semua mengenalmu dari Pararaton. Seorang Ratu Tumapel, ibu dari para raja di Tanah Jawa.

Inilah de Potrait Beelden. Sebuah arca potret dari dirimu duhai Jelita, Ken Dedes. Memandang arcamu, sorot penuh enigma. Teka teki sejarah, jauh dari masa Tumapel.

Untuk bertemu denganmu, serasa bertamasya dalam negeri dongeng. Tentang jejak sejarah. Saat CC Berg berpendapat, dirimu Ahistoris. 

Sungguh jika engkau tak pernah ada, de potrait beelden jawabnya. Kau ada. Karena kau adalah ibu yang melahirkan raja raja Jawa.  Nenek moyang Wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singhasari dan Majapahit. Tradisi lokal menyebutmu sebagai perempuan yang maharupa, perwujudan kecantikan yang sempurna.  Arcamu adalah potret dirimu.

Ini adalah Arca Prajnaparamita, salah satu mahakarya terbaik seni klasik Hindu-Buddha Indonesia, khususnya seni patung Jawa kuno. Arca dewi kebijaksanaan transendental dengan raut wajah yang tenang memancarkan keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan; dikontraskan dengan pakaiannya yang raya mengenakan Jatamakuta gelung rambut dan perhiasan ukiran yang luar biasa halus.

Dewi ini tengah dalam posisi teratai sempurna duduk bersila diatas padmasana (tempat duduk teratai), dewi ini tengah bermeditasi dengan tangan melakukan dharmachakra-mudra (mudra pemutaran roda dharma). Lengan kirinya mengempit sebatang utpala (bunga teratai biru) yang diatasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar. 

Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya yang melambangkan dewa-dewi atau orang suci yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi.

Arca perwujudan Bodhisattwadewi (bodhisattwa wanita) Prajnaparamita yang paling terkenal adalah arca Prajnaparamita dari Jawa kuno. 

Arcamu berasal dari abad ke-13 Masehi pada era kerajaan Singhasari. Arca ini ditemukan di reruntuhan Cungkup Putri dekat Candi Singhasari, Malang, Jawa Timur. Konon menurut kepercayaan setempat, arca ini adalah perwujudan Ken Dedes ratu pertama Singhasari, sebagai arca perwujudan anumertamu. 

Namun ada yang menyebutnya, sebagai perwujudan Gayatri, istri Kertarajasa raja pertama Majapahit. Ternyata Cucumu juga Duhai Kendedes.

Arcamu, pertama kali diketahui keberadaannya pada tahun 1818 atau 1819 oleh D. Monnereau, seorang aparat Hindia Belanda. Pada tahun 1820 Monnereau memberikan arca ini kepada C.G.C. Reinwardt, yang kemudian memboyongnya ke Belanda dan akhirnya arca ini menjadi koleksi Rijksmuseum voor Volkenkunde di kota Leiden. 

Pada Januari 1978 Rijksmuseum voor Volkenkunde (Museum Nasional untuk Etnologi) mengembalikan arca ini kepada Indonesia, dan ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta hingga kini.

Kini arca yang luar biasa halus dan indah ini ditempatkan di lantai 2 Gedung Arca, Museum Nasional, Jakarta. Dan replikamu itu, menyambut mereka yang datang ke kota Malang.

Inilah Taman Ken Dedes, sang Stri Nareswari. Kuingin menulis tentangmu. Ceritamu. Semoga Menginspirasi tentang wanita utama, Suri tauladan darimu.


(Bersambung)

Malang, 11 Januari 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
(Sumber diolah dari Wikipedia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun