Dindaku. Kau pujaan ku. Aku ingin engkau. Ingin bersamamu. Hidup denganmu. Yang nyata. Bukan hidup dengan obsesi. Ada, tapi bayanganmu.
Dindaku, aku sudah lelah. Bercinta seperti ini. Lama lama aku gila. Berhalusinasi bersamamu. Aku bukan remaja lagi cintaku.Â
Akankah menua dalam halusinasi. Bicara, tapi kau bayangan. Bercerita panjang lebar, tapi Dinda tak ada. Tak dengar. Tak pernah paham hatiku. Apakah ini cinta?
Cinta itu ada aku ada dirimu. Berbagi suka duka. Bersama tanpa alasan. Nyata ada, nyata berdua.
Tapi obsesi itu, aku ada. Mencintaimu. Tapi kau tak ada. Tak nyata. Tak menjawab cintaku. Banyak alasan untuk menolakku. Hingga kusakit sendiri.Â
Sungguh cerita lelaki bodoh. Tak tegas. Tak jelas. Sikap mengambang ini, hanya membuang buang waktu. Harta berharga yang tak pernah bisa kembali. Hanya menunggu kekasih yang tak ada.
Obsesium. Ruang waktu bodoh lelaki kesepian. Cinta yang tak realistis. Mau maunya dipermainkan perasaan. Terpenjara dalam cinta yang hampa.
Renungan sikap. Bimbang tak tegas. Haruskah bunuh diri demi cinta yang tak ada. Andai kupergi, tak ada yang menangisi. Dibiarkan tanpa dicari.
Obsesium. Hidup matiku tak berharga. Cintaku ini tak dibutuhkan. Jika perlu aku diusir. Untuk melupakan cinta ini. Pergi terbunuh dalam kesakitan. Tanpa obat.
Sembuhkan aku dindaku. Aku ingin cinta nyata. Bukan halusinasi. Berdua tapi kau tak ada. Dibiarkan, kau akan lihat aku jadi lelaki gila. Yang buta mencintaimu. Tanpa dibalas.
Malang, 22 Desember 2021