Kata ini sudah lama kusimpan. Sejak kuremaja. Tentang seorang gadis. Waktu itu. Kisah mencintai sendiri, tanpa berbalas.
Tapi itu terulang kembali. Sekalipun bukan untuk dia. Tapi dia abadi dalam setiap kata kunci. Kutulis namanya.Â
Sungguh berat kasih tak berbalas. Sepucuk surat yang tak pernah dibalas. Angkot biru, masa kita putih abu abu.
Apa sih sulitnya membalas suratku. Kutunggu sampai kugila. Berkasih dalam bayangan. Pingin seperti yang lain. Tapi aku tak ada kesempatan seperti itu.
Bertahun hingga lulus. Tak ada jawaban. Kisah ditolak yang tak jelas. Disimpan sendiri. Hingga berpuluh tahun lamanya. Hanya menunggu dan menunggu.
Obsesium. Kisah remaja yang tak pernah kumiliki. Karena kau milik yang lain. Bukan milikku. Dijawab pun tidak. Tapi kuberharap hingga lelah.
Aku kembali terjebak rasa. Kembali menangisimu. Obsesi kesepian lelaki. Seorang Adinda yang kembali mengambil harapanku. Tapi kandas. Tak berbekas.
Salahkah cinta ini. Aku hanya ingin punya kekasih. Agarku punya sedikit api. Dalam semangat. Obat lelahku. Saat memulai sebuah harap.
Seolah, hanya aku saja yang salah. Meratapi cinta yang terbunuh perlahan. Dulu tak pernah dibalas. Sekarangpun kembali tak dibalas. Sama.Â
Aku hanya terpaku. Menunggumu. Berharap kau datang. Membawaku pergi. Dari perih ini. Tapi ini hanya obsesi. Harapan kosong, lelaki salah tafsir. Akan hadirmu.