Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stri Nareswari #6: Di Timur Kawi

17 Desember 2021   18:09 Diperbarui: 17 Desember 2021   18:13 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca kisah sebelumnya di link berikut ini

----------------------

Mpu Purwwa tampah gagah berwibawa. Sekalipun sepuh, tapi raut tampan masih tersimpan. Wibawanya tak pudar. Pertanda penuh ilmu dan kebijaksanaan. Tak kalah dengan Sri Maharaja Jayamerta. Sang penguasa pra Tumapel.

Pasukan tengah ditata. Perjalanan akan segera dilakukan menuju selatan. 

"Ananda, kita akan berkeliling. Di timur Kawi. " Bisik MPU Purwwa.

"Kau harus lihat, bahwa nenek moyangmu sudah membangun peradaban maju. Beritakan pada masamu, bahwa kotamu sudah maju, sejak dahulu. "

Udara sejuk berhembus pagi itu. Jalanan sukun membujur dari Utara ke Selatan.  Perjalanan ini akan menuju selatan. Di barat jalan tampak sungai metro membentang. Suara percikan air deras membelah sungai. Di timur jalan membentang sawah dengan tanaman padi.

Iya, ini di pulau Jawa. Pulau padi. Tanah yang subur makmur dan dialiri banyak sungai. Jernih. Mengaliri hamparan sawah. Menghidupi peradaban kotaku. 

"Ananda, kau layak kupanggil sebagai Ken Nawak Citralekha. Karena kau akan jadi penulis besar. Yang menceritakan peradaban" bisik MPU purwwa sambil mempersilahkan aku menaiki kuda putih.

Serasa aneh saja. Karena baru sekarang aku harus naik kuda. Dalam pasukan besar dibelakang sang Raja. Kuda kuda pilihan. Berkeling timur Kawi. Membedah sejarah peradaban. 

"Ini daerah subur Anandaku"  kata MPU purwwa sambil membimbing aku berkuda. Kulihat daerah subur hijau membentang mulai dari sukun, Kepuh, Janti, panjara hingga kubu kubu telah kami lalui. 

Sri Maharaja Jayamerta memberi salam saat bertemu penduduk dijalanan. Rombongan ini sempat terhenti sejenak di daerah kubu kubu, karena sang raja berkenan meminum air kelapa.

"Anandaku, kita akan menyusuri sungai ini. sungai ini dikonsepsikan sebagai ‘sungai suci (holy river)’. Nama ‘metro’ sangat boleh jadi berasal dari kata Sanskreta dan Jawa Kuna serta Jawa Tengahan ‘a-mreta’, yang berarti tidak mati (mreta), hidup atau abadi. Air yang berada di dalamnya diyakini sebagai air suci (tirtha), yaitu tirtha amreta (air kehidupan/keabadian)." Kata sang MPU Purwwa.

MPU purwwa terus bercerita panjang lebar tentang makna metro dan peradaban disepanjang aliran sungai suci ini. Memang bukan sungai besar. Namun banyak kisah peradaban disini. Termasuk arung. Irigasi kuno untuk sawah sawah disekitarnya.

Matahari semakin tinggi. Kami susuri bantaran sungai hingga ke selatan. Dimana sang sungai suci bermuara. Bertemu dengan Bengawan Brantas di Jenggala manik. Inilah di timur (sakarida) Kawi, yang antara lain meliputi deretan desa pada sepanjang aliran Kali Metro dan Bangawan Brantas besarta anak-anak sungainya.

Air, dalam hal ini sungai metro. Telah menciptakan peradaban di timur Kawi. Sejak jayanya kanjuruhan. Menciptakan kantong kantong kehidupan. Tentang sawah dan tata pemerintahan. Berupa Sima swatantra. Desa desa yang makmur kala itu.

Hari itu aku sudah menyusuri sungai metro hingga Jenggala manik. Melihat sawah dengan irigasi arungnya. Peradaban arkhais yang tak bisa diremehkan.

"Aku akan mengajakmu. Tapi sekarang beristirahatlah di bale bale itu" perintah MPU Purwwa. Akupun merebahkan badan karena perjalanan dari sukun ke Jenggala tadi sangat melelahkan. Dalam lelapku aku kembali bertemu sosok yang sedang kucari. Hingga ke masa lalu. Dia tersenyum, Sang Stri Nareswari 

(Bersambung)

Malang, 17 Desember 2021

Ditulis oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun