Jika aku bilang cinta, maka kuperjuangkan. Kugadaikan harga diri. Aku terima, apapun dirimu. Kau, tetap bidadariku. Sang Apsara pilihan Tuhan. Yang tertuang dalam doa tulus ibuku.Â
Jika kau tak percaya aku, kau percaya siapa? Yang jalani kita. Yang rasakan kita. Kau sudah lihat bukti tulusku. Perjuanganku. Tangisku. Semua kulakukan untukmu. Fakta apalagi yang akan didustakan?
Diluar, banyak yang tak suka kita bahagia. Tak suka kita bersama. Seolah mereka membelamu. Seolah mereka peduli padamu. Tapi sejatinya mereka, sedang menghancurkanmu. Menghinamu. Mentertawakanmu. Sabda gila para munafik.Â
Cinta ini bukan sampah. Ini permata yang hanya bisa dilihat dengan hati. Dalam percaya yang jernih. Dalam pengakuan yang ikhlas. Dalam tulus yang suci. Percaya ini jalan terbaik. Percaya cinta ini milik berdua. Aku dan dirimu.
Margasmara. Mari berdoa bersama. Agar waktu terindah itu, hadir menyinari segera. Ini bukan janji janji palsu. Inilah perjuangan bersama. Aku kuat karena ada dirimu. Dan kau motivasi ku. Semangat hidupku. Aku mencintaimu, tanpa alasan.
Jalan ini, sudah ada. Sendiri, sendiri itu, sudah lelah. Mengeluh, hanya jadi beban. Gagal Yang lalu, bukan alasan untuk takut memulai. Jika Allah berkehendak, masihkah melawan Takdir. Hanya demi ego sepihak, ini tentang pilihan. Keputusan yang jernih. Jawaban yang jelas. Kita semakin menua, menunggu apa lagi nantinya.
Margasmara ini, kesempatan. Raih, dan jangan lepaskan. Saatnya memiliki dunia bersama. Bekal ibadah untuk ke surga. Apa lagi yang kau ragukan. Apalagi yang kau sangsikan. Tak perlu memperumit, yang sudah jelas. Sudah ada. Kapan bahagia datang, jika kita, terus mempersulit diri. Dengan ego dan keputusan yang penjarakan jiwa. Batasi hidup dalam siksa.
Malang, 11 Desember 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H