(Baca kisah sebelumnya di sini)
Menembus ruang waktu. Hingga jauh ke masa Pra Tumapel. Serasa jadi wisatawan. Melihat kembali dalam bingkai sejarah. Yang mulai lusuh. Dan dilupakan.
Urgensi masa lampau. Tak selalu usang untuk dibahas kembali. Untuk kebaikan hari ini. Tentang Tauladan Wanita Utama. Sang Stri Nareswari.
Renungan yang terus berlanjut. Dalam pendapat para cerdik pandai. Menyelam dalam untaian sejarah. Mencarimu. Menemukanmu. Sang Wanita utama. Yang di ulas Pararaton.
Andai ini diliput infotainment. Bisa dikilas balik di YouTube. Budaya literasi itu penting. Merekam jejak masa, tentang suatu masa. Sebuah keemasan. Kejayaan. Yang telah dilupakan.
Stri Nareswari. Bukanlah omong kosong. Biarlah CC. Berg menganggap dirimu hanya fiksi. Hanya hidup dalam susastra Pararaton. Tapi siapakah yang melahirkan para raja besar Jawa, jika kau hanya fiksi belaka.
Itulah buah dari lemahnya literasi. Citralekha yang entah hilang, atau disembunyikan. Ini bukan mitos. Bukan dongeng. Kau pernah ada. Sang Putri dari Purwwa.
Akupun mengikuti rombongan pasukan berkuda. Dusun dusun kuno dengan nama pohon kami lalui. Jalanan ditata pecahan batu, membuka langkah kuda kuda perkasa.
Inilah masyarakat sukun. Yang gagah perkasa. Regol besar menyambut. Bale besar dijaga ksatria. Semua tampak gembira. Dengan hidangan aneka rupa.
lumaga śatruni kabuyutan. Itulah kata kunci dari sebuah prasasti. Bernama prasasti Sukun. bertarikh 1083 S (1161 M).