Menemukanmu itu, anugerah. Kau telah dikirim semesta dalam galauku. Untuk berani bicara pada dunia. Lewat bait kata.
Saat rasa ini menjadi cinta. Ijinkan diriku melampaui batas. Menembus dinding dinding keangkuhan. Yang penjarakan manusia bodoh. Terdiam dalam hidup.
Kau Perempuanku itu. Kau sang Dewi asmara, yang membangunkan sang pujangga. Untuk bersamamu mewujudkan asa. Tentang rasa yang mati. Jiwa yang tenggelam. Bait yang bertunas, dipadang gersang.
Bersamamu menggapai langit. Melawan badai. Menaklukan petir. Menggenggam matahari. Tunduk dalam titah. Melahirkan kesegaran baru. Mata air puisi.
Aku akan bersamamu. Bawalah aku pergi. Karena dari rahimmu, akan lahir penguasa jagad. Yang mengguncang dunia. Terkagum pada maha karya.Â
Kau ada bukan dimana. Kau ada dalam rasa. Menyatu denganmu dalam irama yang sakral. Jangan biarkan aku mati tanpamu. Kau ibu yang melahirkan pujangga. Agar abadi dalam nirwana.
Malang, 23 November 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H