Peluk aku mawarku. Peluk erat. Kurela kuberdarah darah. Untukmu. Genggam erat aku, jangan lepaskan. Setia ini harga mati. Jangan biarkan. Jangan abaikan.Â
Apa yang kau ragukan dariku. Tak perlu kau banding bandingkan. Aku beda. Ini aku, bukan yang lain. Jangan samakan.Â
Jika yang lalu, kau terluka. Lalu kau anggap aku sama dengan yang lalu. Jujur ini aku, masa depanmu. Menolakku, bisa membunuhku. Semakin tersayat. Dalam mencintaimu. Tanpa alasan.
Sejati dalam tulus. Ikhlas dalam kesungguhan. Kau boleh tak percaya. Itu hakmu. Ini pilihan. Tentang jalan terindah. Karena aku sudah ada untukmu.
Dan jadilah bait bait tentang menawannya mawar. Indah dalam berduri. Saat tangan meremas berdarah darah. Tertusuk dalam dekapan kisah. Yang tak dimengerti. Memahami sikap tersembunyi. Dalam enigma hidup yang pahit.
Biarkan semesta membuka tabir. Cintaku ini dipeluk mawar berduri. Kurela dalam sengsara. Asal bisa bersamamu. Karena ini bukan cinta biasa.Â
Malang, 18 November 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H