Namun setelah Hobby menulis saya punya wadah, dunia buku kembali jadi api inspirasi. Namun Hobby apa yang akan dijalankan seorang penghobby penulis untuk membuat dirinya tetap eksis berkelanjutan menulis?Â
Ternyata penulis juga perlu punya Hobby lain diluar dunia kepenulisannya. Hobbynya berbeda beda. Bagi penulis kuliner, harus punya Hobby makan. Biar tahu rasanya. Penulis sejarah, harus punya Hobby jalan jalan ke situs sejarah.Â
Penulis fiksi, harus sering nonton pagelaran karya sastra. Bahkan untuk memelihara kemampuan fiksinya agar tetap hidup, penulis harus punya Hobby bermain seperti masa anak anak.Â
Saya berusaha menjaga kemampuan fiksi saya dengan menjadi seorang diecaster. Mungkin lucu saja, bapak bapak kok masih beli mainan mobil mobilan. Sepertinya masa kecil tidak bahagia. Bahkan didalam tas saya juga ada diecast. Enjoy saja.
Dari koleksi yang saya beri nama d'oke Garage ini saya belajar seni fotografi makro. Karena hanya kolektor diecast saja, ternyata tidak bisa banyak cerita jika tidak dikemas dalam seni fotografi. Itu saya, tentu lain dengan anda.
3. Punya dan gabung komunitasÂ
Saat menjadi penulis terasing, saya membayangkan seorang Pram. Bagaimana dia mampu menulis tentang Arok Dedes saat dibalik jeruji penjara.Â
Saya saat paket data ludes, hape saya off line, saya serasa terasing. Sudah jauh dari buku, jauh dari koleksi Hobby yang menumbuhkan semangat, jauh dari orang terkasih, sendirian lagi.tak bisa online medsos dan browsing, Â Ternyata saya tak bisa berkarya. Saya jadi terasing.Â
Kenapa ya? Karena saya masih makhluk sosial yang perlu bermasyarakat. Jadi sebagai penulis, buat atau bergabunglah dengan komunitas yang buat dirimu nyaman.Â
Memang ada sih, komunitas yang bikin kamu tambah mati gaya. Misal komunitas reuni yang menjadikan kamu sebagai objek bully. Dimana ajang pamer kekayaan, perjalanan luar negeri dan makanan mahal. Bagi saya itu bukan komunitas mendidik, tapi sampah. Dasar agama manapun, melarang pamer dan kesombongan. Betul bukan?