Salah satu metode belajar sejarah yang di kembangkan di Museum Reenactor Ngalam adalah metode Impresi. Metode ini mengajak mengenal sejarah dengan cara reka ulang.Â
Reenactor sendiri berasal dari Kata Historical Reenactment, yang kurang lebih bermakna memerankan kembali suatu peristiwa sejarah otentik yang terjadi dalam sejarah dengan tujuan menarik minat belajar untuk tahu lebih dalam tentang suatu peristiwa sejarah yang di reka ulang.Â
Saat memerankan sesuatu, minimal dia akan mencari literasi pendukung bagaimana sejarahnya. Kegiatan impresi ini diabadikan dalam foto dan video, dan dijadikan media pembelajaran sejarah ala Reenactor. Bagaimana sebenarnya seni impresi Reenactor itu, berikut ulasannya.
Menjadi ModelÂ
Tak harus cantik atau tampan dan gagah saat menjadi model dalam bingkai giat fotografi. Menjadi model juga dilakoni di dunia Reenactor. Cara mudah menarik minat belajar sejarah adalah diajak dandan impresi reenactor.
Seperti impresi menjadi pejuang dalam rangka Surabaya juang di foto diatas. Sedang menjadi apakah saya? Pertama cari data saat memerankan tersebut dalam peristiwa sejarah apa.Â
Surabaya juang adalah peringatan hari pahlawan memperingati peristiwa 10 November di Surabaya. Mau Ndak mau harus berliterasi membaca siapa saja yang ikut berjuang disana. Siapa yang menjadi musuhnya dan segala pernak pernik dari peristiwa dimaksud. Saya memerankan polisi istimewa, dengan demikian saya harus mempelajari seperti bagaimana polisi istimewa tersebut.
Seni impresi reenactor tidak bisa ngawur asal tampil ngaku pejuang. Bagi yang tidak tahu, itu bisa dimaklumi. Misal peringatan 10 November direka ulang, tapi yang menjadi penjajah bawa bendera Belanda dan memakai seragam TNI jaman now.Â
Bagi yang tak paham sejarah, yang penting meriah, laksanakan. Tapi dalam Reenactor hal tersebut menjadi farb alias penipuan sejarah.Â
Pertanyaannya simple. Dalam peristiwa 10 November, yang menjadi musuh pejuang itu tentara Inggris, bukan tentara Belanda, sehingga mereka tidak membawa bendera Belanda, tapi bendera Inggris. Seragamnya juga seragam standar tentara Inggris tahun 1945. Tidak ada bukti otentik, yang menjadi tentara Inggris itu memakai seragam doreng TNI jaman sekarang. Model helmnya juga beda. Apalagi doreng itu belum diproduksi tahun 1945.Â
Jadi sebelum membuat sebuah event peringatan, sebaiknya jangan ngawur tapi lakukan riset sejarah dahulu. Malu dong jika asal asalan, peristiwa sejarah heroik kok diperingati secara ngawur tanpa literasi.
Belajar dan me-reka UlangÂ
Seni impresi Reenactor adalah metode menarik keminatan belajar sejarah dan melakukan reka ulang dengan dasar foto otentik dan riset sejarah. Orang banyak yang malas datang datang ke museum dan membaca buku tebal sejarah. Dengan seni impresi, keminatan belajar sejarah ini dibentuk sehingga sebelum memerankan sesuatu, akhirnya harus mau belajar sejarah.
Fokus Reenactor Ngalam adalah sejarah 1945-1949 dan seluruh propertinya dijadikan museum Reenactor Ngalam. Reenactor itu bersifat no political issue dan tidak ada kepentingan politik tertentu atau berafiliasi dengan politik praktis. Semua dilakukan untuk kepentingan belajar sejarah dan bukan sebagai pendukung politik tertentu yang terjadi dalam sejarah dimasa lampau.
Saat saya berimpresi sebagai KNIL atau Londo klaper di malang 1947, bukan berarti saya pendukung penjajahan atau kolonialisme. Itu saya lakukan sebagai pembelajaran sejarah semata. Bagaimana seragamnya, model kopelnya bagaimana, badgenya apa. Dan seterusnya.Â
Dari sanalah keminatan belajar sejarah dibangun. Jadi dalam Reenactor tak ada istisal asal dandan dan ngawur. Sebagian orang menilai hobby ini sebagai hobby murahan, namun kenyataannya hobby reenactor ini banyak menumbuhkan minat belajar dan itu tidak murahan.
Tak Harus Perang PeranganÂ
Mungkin seni impresi Reenactor disangka hanya impresi perang perangan. Sebenarnya ada banyak sisi humanis yang bisa jadi bahan impresi, seperti bermain musik.Â
Inilah sekelumit catatan mengenal seni impresi Reenactor semoga menginspirasi.
Museum Reenactor Ngalam, 2 November 2021 oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H