Pertanyaannya simple. Dalam peristiwa 10 November, yang menjadi musuh pejuang itu tentara Inggris, bukan tentara Belanda, sehingga mereka tidak membawa bendera Belanda, tapi bendera Inggris. Seragamnya juga seragam standar tentara Inggris tahun 1945. Tidak ada bukti otentik, yang menjadi tentara Inggris itu memakai seragam doreng TNI jaman sekarang. Model helmnya juga beda. Apalagi doreng itu belum diproduksi tahun 1945.Â
Jadi sebelum membuat sebuah event peringatan, sebaiknya jangan ngawur tapi lakukan riset sejarah dahulu. Malu dong jika asal asalan, peristiwa sejarah heroik kok diperingati secara ngawur tanpa literasi.
Belajar dan me-reka UlangÂ
Seni impresi Reenactor adalah metode menarik keminatan belajar sejarah dan melakukan reka ulang dengan dasar foto otentik dan riset sejarah. Orang banyak yang malas datang datang ke museum dan membaca buku tebal sejarah. Dengan seni impresi, keminatan belajar sejarah ini dibentuk sehingga sebelum memerankan sesuatu, akhirnya harus mau belajar sejarah.
Fokus Reenactor Ngalam adalah sejarah 1945-1949 dan seluruh propertinya dijadikan museum Reenactor Ngalam. Reenactor itu bersifat no political issue dan tidak ada kepentingan politik tertentu atau berafiliasi dengan politik praktis. Semua dilakukan untuk kepentingan belajar sejarah dan bukan sebagai pendukung politik tertentu yang terjadi dalam sejarah dimasa lampau.
Saat saya berimpresi sebagai KNIL atau Londo klaper di malang 1947, bukan berarti saya pendukung penjajahan atau kolonialisme. Itu saya lakukan sebagai pembelajaran sejarah semata. Bagaimana seragamnya, model kopelnya bagaimana, badgenya apa. Dan seterusnya.Â
Dari sanalah keminatan belajar sejarah dibangun. Jadi dalam Reenactor tak ada istisal asal dandan dan ngawur. Sebagian orang menilai hobby ini sebagai hobby murahan, namun kenyataannya hobby reenactor ini banyak menumbuhkan minat belajar dan itu tidak murahan.
Tak Harus Perang PeranganÂ