Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekasih Fatamorgana

28 Oktober 2021   11:09 Diperbarui: 28 Oktober 2021   11:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merindukanmu. Hadir dalam hidupku. Tapi kapan. Kumau bukan nanti. Bukan esok hari. Tapi tentang sekarang. Saat sepi membunuh rasa. Saat sendiri dalam sepi.

Aku sudah lelah kasihku. Menunggu itu menjemukan. Kuingin seperti pasangan lain. Bisa pergi bersama. Ceria dalam kisah. Berbagi dalam sedih. Saling ada, Saling sapa, untuk dukung dan menguatkan. Tapi itu kapan.

pagi saat mentari menyapa. Seolah ada. Tapi hanya bayangmu. Aku masih saja berteman khayal dan khayal. Ini hidup nyata. Kenapa hidupku jadi mimpi, dan tidurku jadi hampa.

saat yang lain berkabar. Ini tak pernah ada. Hanya fake dan fake. Tehnologi segampang ini, tak ada yang bilang kamu kemana, aku kangen. Itu tak terjadi. Itu Tak ada. Itu tak kudapat. Seolah aku bajingan laknat. Yang harus diusir dari bumi.

juga tak ada yang peduli laparku. Bah hidup, bah mati, tak dibutuhkan. Saat tajir, memang dirubung. Apalagi diajak shopping. Belanja kosmetik dan gaun pesta. Tapi saat miskin? Anjing saja masih ditengok. Tapi kenapa aku tidak?

truk saja bergandengan. Tapi mengandeng tanganku seolah memegang tai. Dijalan mereka bermesra, tapi aku bak tukang ojek dekil. Yang jijik disentuh. Apakah aku binatang buluk yang membuatmu muak?

kekasih fatamorgana. Hanya engkau yang kupunya. Menyapaku dalam siluet. Seolah kau ada di taman bunga indah. Tersenyum dibalik daun. Selalu ada menyambut. Kekasih virtual. Kekasih bayangan. Dan aku gila.

kujadi tak waras. Bercengkrama dalam kepalsuan. Hidup kadang kejam. Membunuh yang baik, demi yang menarik. Mereka lebih percaya bajingan munafik bermulut manis. Kau kejar pahlawan berhati iblis. Yang bergairah diranjang setan. Yang ngaku alim. Tapi seperti anjing menyalak,  Terbahak mentertawakan kebodohanku.

hidupku bak sampah. Dibuang. Tak diakui. Yang pernah baik, dianggap hapus. Dipaksa mengakui salah, untuk perbuatan yang tak kulakukan. Kejam. Sungguh biadab. Karena kau dimanfaatkan para pecundang. Yang merampok atas nama cinta para binatang. 

jadilah aku terpenjara dalam drama munafikmu. Kau pintar omong. Putar balik fakta agar dianggap benar. Salahmu, harus dibenarkan. Tapi kau lupa, malaikat mencatat bejatmu. Akhirat itu ada, tak bisa kau setting dengan tangis palsumu. Walaupun kau Galang manusia seluruh jagat, untuk mengolok aku. Sebagai bajingan.

daun daun yang menari. Tertiup angin. Seolah kekasihku tersenyum. Taman orang sinting. Bayangmu, kekasih fatamorgana.

Tuhan, jangan biarkan aku jadi gila. Ini sudah tak waras. Aku ingin hidup normal. Dalam berkahMu. Bukan hidup khayal, dalam drama fatamorgana. Kapan dia ada untuk hidupku?

malang, 28 Oktober 2021

oleh Eko irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun