Aku merindukanmu. Hadir dalam hidupku. Tapi kapan. Kumau bukan nanti. Bukan esok hari. Tapi tentang sekarang. Saat sepi membunuh rasa. Saat sendiri dalam sepi.
Aku sudah lelah kasihku. Menunggu itu menjemukan. Kuingin seperti pasangan lain. Bisa pergi bersama. Ceria dalam kisah. Berbagi dalam sedih. Saling ada, Saling sapa, untuk dukung dan menguatkan. Tapi itu kapan.
pagi saat mentari menyapa. Seolah ada. Tapi hanya bayangmu. Aku masih saja berteman khayal dan khayal. Ini hidup nyata. Kenapa hidupku jadi mimpi, dan tidurku jadi hampa.
saat yang lain berkabar. Ini tak pernah ada. Hanya fake dan fake. Tehnologi segampang ini, tak ada yang bilang kamu kemana, aku kangen. Itu tak terjadi. Itu Tak ada. Itu tak kudapat. Seolah aku bajingan laknat. Yang harus diusir dari bumi.
juga tak ada yang peduli laparku. Bah hidup, bah mati, tak dibutuhkan. Saat tajir, memang dirubung. Apalagi diajak shopping. Belanja kosmetik dan gaun pesta. Tapi saat miskin? Anjing saja masih ditengok. Tapi kenapa aku tidak?
truk saja bergandengan. Tapi mengandeng tanganku seolah memegang tai. Dijalan mereka bermesra, tapi aku bak tukang ojek dekil. Yang jijik disentuh. Apakah aku binatang buluk yang membuatmu muak?
kekasih fatamorgana. Hanya engkau yang kupunya. Menyapaku dalam siluet. Seolah kau ada di taman bunga indah. Tersenyum dibalik daun. Selalu ada menyambut. Kekasih virtual. Kekasih bayangan. Dan aku gila.
kujadi tak waras. Bercengkrama dalam kepalsuan. Hidup kadang kejam. Membunuh yang baik, demi yang menarik. Mereka lebih percaya bajingan munafik bermulut manis. Kau kejar pahlawan berhati iblis. Yang bergairah diranjang setan. Yang ngaku alim. Tapi seperti anjing menyalak, Â Terbahak mentertawakan kebodohanku.
hidupku bak sampah. Dibuang. Tak diakui. Yang pernah baik, dianggap hapus. Dipaksa mengakui salah, untuk perbuatan yang tak kulakukan. Kejam. Sungguh biadab. Karena kau dimanfaatkan para pecundang. Yang merampok atas nama cinta para binatang.Â
jadilah aku terpenjara dalam drama munafikmu. Kau pintar omong. Putar balik fakta agar dianggap benar. Salahmu, harus dibenarkan. Tapi kau lupa, malaikat mencatat bejatmu. Akhirat itu ada, tak bisa kau setting dengan tangis palsumu. Walaupun kau Galang manusia seluruh jagat, untuk mengolok aku. Sebagai bajingan.
daun daun yang menari. Tertiup angin. Seolah kekasihku tersenyum. Taman orang sinting. Bayangmu, kekasih fatamorgana.
Tuhan, jangan biarkan aku jadi gila. Ini sudah tak waras. Aku ingin hidup normal. Dalam berkahMu. Bukan hidup khayal, dalam drama fatamorgana. Kapan dia ada untuk hidupku?
malang, 28 Oktober 2021
oleh Eko irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H