Kolaborasi Antara Museum Reenactor Ngalam dan Museum Musik Indonesia terwujud dalam penampilan musik bernuansa keroncong ala Reenactor. Giat launching Buku Keanekaragaman keroncong Indonesia, di Museum Musik Indonesia, pada Sabtu, 9 Oktober 2021 merupakan pengejawantahan bahwa musik adalah bahasa universal yang bisa menyatukan dua genre museum yang bergerak di dua bidang yang sama. Dan jadilah acara tersebut sebagai Reka ulang musik dan makna perjuangan ala Reenactor. Berikut ulasannya.
Mengenal Reka ulang ala Reenactor
Bermusik, khususnya keroncong dan lagu lagu bernuansa perjuangan adalah inovasi mengangkat tema reka ulang musik masa perjuangan dalam giat kesejarahan. Mungkin orang mengenal Reenactor sebagai Hobby perang perangan. Sebagian besar kegiatan Reenactor adalah reka ulang yang dikemas dalam drama teatrikal tentang suatu peristiwa sejarah. Antara lain, perang 10 November, serangan umum jogjakarta, Bandung lautan api dan malang bumi hangus. Untuk kepentingan kegiatan tersebut, Reenactor melakukan riset literasi dan studi kepustakaan, wawancara dan salah satu yang spesifik dari Reenactor, adalah studi melalui foto sejarah otentik. Belajar sejarah dari foto, merupakan metode pembelajaran sejarah untuk tujuan untuk mengenali kesesuaian pakaian, senjata yang digunakan dan semua pernik yang bisa digunakan untuk sebuah drama teatrikal yang sesuai dengan bukti dan fakta sejarah yang terbaca melalui foto otentik.
Beberapa drama teatrikal peristiwa sejarah, kadang dipaksakan. Maksudnya, tanpa melakukan riset sejarah ala Reenactor, ditampilkan lah sebuah drama atas nama suatu peristiwa sejarah misal di tahun 1947, pada masa agresi militer Belanda. Karena tanpa riset dan pengetahuan ala Reenactor, maka dandanan yang digunakan apa adanya. Memang meriah, tapi tidak otentik. Dalam istilah Reenactor disebut farb. Dalam drama tersebut, yang jadi pasukan Belanda memakai seragam TNI jaman now, membawa senapan serbu buatan Pindad dan memakai helm baja era jaman now dan ditempeli stiker merah putih biru. Dalam kamus Reenactor, hal ini tidak sesuai fakta sejarah dan bisa membuat rancu pemahaman sejarah bagi para penonton. Jika itu reka ulang tahun 1947, pertanyaannya apakah seragam doreng TNI yang digunakan untuk drama itu, sudah ada ditahun 1947. Apakah senapan serbu buatan Pindad ada bukti otentik digunakan Belanda pada tahun 1947. Apa helm baja tentara jaman now, sudah diproduksi tahun 1947. Itu beberapa pertanyaan menggelitik dari Dunia Reenactor yang perlu kita renungkan. Ini sama halnya dengan sebuah sinetron di televisi nasional yang bercerita jaman Majapahit, tentang putri keraton naik delman. Setingan sangat epik, namun tertangkap kamera ada motor matik dibelakang Dokar yang tiba tiba nyelonong. Pertanyaannya, sudahkan motor matik ada pada jaman mojopahit?
Belajar Pada Foto SejarahÂ
Berikut adalah sebuah foto sejarah dari tahun 1949. Silahkan disimakÂ
Dalam Reenactor, sebuah foto bisa memancing minat belajar secara komprehensif, untuk mencari apa yang ada dibalik foto tersebut. Dan yang menarik dari foto ini adalah salah satu pejuang membawa gitar. Unik bukan?
Dari sinilah Reenactor Ngalam mulai mengembangkan reka ulang musik sebagai salah satu media pembelajaran sejarah yang bisa menarik minat para muda untuk tertarik belajar dan mengenali perjuangan bangsanya. Musik adalah bahasa universal yang bisa menciptakan atmosfir belajar.Â