Untukmu, ketulusanku. Untukmu, kesungguhanku. Aku, tak mempermainkanmu. Kau sudah lihat perjuanganku untukmu. Karena hanya satu pintaku, Akui diriku kekasihmu.
Aku ada untukmu. Aku selalu akui dirimu, kekasihku. Pujaanku. Aku ingin meminangmu. Segera. Agar kita bisa hidup bersama. Tanpa prasangka.
Untuk apa ikuti omongan orang. Kita yang jalani. Ini pilihan kita. Ini hidup kita. Tak ada urusan dengan mereka. Takut apakah kita, biarkan semesta tahu. Kita kasmaran.
Kasihku, untuk apa ingkari. Ini cinta suci. Bukan cinta dolanan. Bukan cinta mainan. Tak diakui itu, menyakitkan. Sudah berjuang, tapi dicampakan. Setega itukah duhai cintaku.
Cinta itu tanpa alasan. Cinta itu tanpa prasangka. Ada satu rasa. Ada satu nuansa. Mau sama mau. Tak bisa dipisahkan. Saling merindu, saling mencari, jika ada yang tak sempurna, mari saling isi. Saling dukung. Karena kita saling memiliki.
Hidup adalah pilihan. Kita yang memilih. Jalan Takdir terindah. Â Percaya, dan raihlah. Untuk apa meragukan. Hubungan tanpa status itu menyiksa. Untuk apa dipelihara. Dalam kasih yang sudah tumbuh. Dan semesta memberkati.
Kusungguh sayang padamu. Aku ada untukmu. Kapan kau ada untukku. Miliki yang sudah ada. Jangan lepaskan. Ego dan gengsi hanya jadi penghalang. Rugi umur rugi waktu. Keraguan tak pernah membuat bahagia. Tak bikin nyaman. Kita mencari apa. Untuk apa status palsu.Â
Akui diriku kekasihmu. Itu menjawab semua. Semua sudah tahu. Untuk apa malu. Untuk apa diragukan. Cinta ini sudah ada. Dan ini milikmu. Tak perlu didustakan. Akui dan itu membahagiakan hidupmu.
Malang, 13 September 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H