Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dongeng Prioritas

21 Juli 2021   15:48 Diperbarui: 11 Agustus 2021   17:38 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutmu, aku bukan orang baik. Penipu. Tukang selingkuh. Dikit dikit marah. Tidak sabaran. Senang main tuduh. Dan sejuta nista untukku. Tapi kau butuh aku.

Menurutmu, aku harus kena karma. Kena azab keadilan Illahi. Biar kapok. Biar sengsara. Kesulitan mencari rejeki. Tapi kau butuh aku.

Menurutmu, akulah dalangnya. Akulah penyebabnya. Harus jadi tertuduh. Yang diadili. Agar hidup sengsara. Hidup susah. Dan kamupun tertawa ngakak, atas deritaku. Tapi kau butuh aku.

Menurutmu, aku harus dituntut tanggung jawab. Yang baik, hapus. Tak diakui. Yang buruk harus diumumkan. Agar seluruh jagad tahu, akulah sang bangsat. Kau Galang semua manusia, agar menuduh aku. Jijik melihatku. Tapi kau butuh aku.

Menurutmu, aku harus tunduk patuh padamu. Seperti kerbau dicolok hidungnya. Dilarang protes. Yang wajib harus dipenuhi, dilarang alasan. Harus ada. Jika tak ada, kamu siap lelaki lain. Yang lebih gagah. Lebih perkasa. Sebagai pemuasmu. Tapi kau butuh aku. Sebagai mesin ATM mu.

Menurutmu, kamu harus benar. Tak boleh disalahkan. Harus benar. Hakku sudah diberikan kepada lelaki pilihanmu. yang lebih baik . dan aku adalah sampah. Yang harus dibuang. Tapi kau butuh aku.

Menurutmu, aku hanya dongeng prioritas. Yang kau puja, adalah dia, lelakimu. Amalnya sundul langit. Arjuna hebat yang harus dibela semua iblis terkutuk. Jika ada yang menyentuhnya, akan kamu bela. Karena dia maha benar atas segala perbuatannya. Dia dewamu. Dan aku diperalat untuk menjunjungnya jadi pahlawan. Sang ahli ibadah yang menodaimu. Tapi kamu bangga. Karena dia raja diranjang setan. Aku kau anggap pengganggu, Tapi kau butuh aku.

Menurutmu, aku harus dikorbankan. Aku harus dipersalahkan. Dalam skenario karma settingan. Bukan Atas nama Tuhanmu. Tapi atas nama lelakimu. Dialah dongeng prioritas. Aku hanya objek, yang diperas. Ditipu. Dimanfaatkan. Untuk kepuasan dendam dan aku harus dibalas untuk perbuatan yang tak kulakukan. Biar kapok. Fix harus aku yang diadili. Tanpa maaf. Sihir jahatmu, menodai ketulusanku. Tapi Kau pinta Keadilan Tuhan. Adilkah?

Balada dongeng prioritas. Siapa bilang hanya wanita yang tersakiti. Seperti sinetron. Tangismu untuk menutupi sandiwaramu. Semua settingan. Kau pandai putar balik fakta. Dipelintir untuk membangun kepalsuan. Kebohongan apalagi yang akan engkau dustakan?

Allah bersama orang yang kau sakiti. Kuasamu, tiada arti. Kau kira ini bahagia? Sia sia hidupmu. Bertopeng munafik. Keadilan akan ditegakan. Tak cocok, tak perlu drama. Pergi saja. Sesalmu nanti bukan urusanku. Karena Kau sudah melampaui batas.

Malang, 21 Juli 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun