Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tanpa Kaca Mata

11 Juni 2021   20:15 Diperbarui: 11 Juni 2021   20:30 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu perjalanan. Menapak bumi. Selangkah demi selangkah. Untuk melihat dunia. Anugerah Tuhan. Dengan Dua belah mata. Menangkapnya. Dalam citra gambar. Tentang kebesaran Illahi. Syukurilah duhai sahabat, karena jika nikmat itu berkurang, dunia jadi remang. Tak terlihat, karena dunia tanpa kaca mata. Seperti duniaku.

Mengeluh hanya jadi beban. Bersahabatlah dengan kekurangan. Walau semua terbatas, tapi inilah yang ada. Tak perlu sesal berlebih, karena masih ada nikmat yang bisa dilihat. Kekasihku. Wajah ayumu. Tanpamu, aku seperti melihat dunia tanpa kacamata. Remang dalam sunyi, tak kuasa mengagumimu.

Itulah dua hal dalam hidupku. Kekasih dan kaca mataku. Hadirmu menolongku. Menapak jalanan hidup. Dari waktu ke waktu. Ketika diri ini terbangun. Di pagi dingin. Aku selalu mencarimu. Sementara bahagiaku baru satu, karena yang ada hanya kaca mata. Bagaimana lagi, kau ada, tapi belum bersamaku. Kau kekasihku, tapi belum kumiliki. Aku memang menunggumu. Untuk hidup bersamaku. Mengisi sempurnanya hidup. Karena tanpamu, hidupku meremang. Seperti dunia tanpa kaca mata. 

Aku tahu, hidup ini bermakna, jika ada yang mencariku. Kangen dengan hadirku. Tak mungkin aku berkasih dengan dinding. Kesendirian ini membuatku kesepian dalam ramai. Dalam gemuruh dunia. Kesenyapan ini membuatku gila. Sudah melemah pandangan ini, tak ada pula yang mendengar keluh kesah hatiku. Bicara sendiri. Dijawab sendiri. Bicara harapan yang ingin kuberikan. Padamu, kekasih hatiku. 

Hari hari sendiri dengan bayang. Kuhadirkan dalam doa doa syukur. Kuberharap kau segera ada. Agar segera dimulai kisah lembar terbaru. Karena sia sia hidup tanpa makna. Tak mungkin terulang. Hidup ini hanya sekali. Kenapa tak segera terwujud. Mungkin menunggu saatnya tiba. Saat terindah itu.

Aku tak pernah berjanji padamu. Janji itu berat. Apa bisa aku mewujudkannya sendiri. Hidupku sendiri saja sudah terseok-seok. Aku tak tahu harus ke mana. Namun itu motivasiku. Ini perjuangan kita. Berdua, Bersamamu. Aku sadar, aku bukan tontonan. Jika aku gagal, maka jadilah tertawaan seluruh negeri. Tentu, bukan itu maksudmu. Saatnya bersama, saling dukung, saling menguatkan. Bersama akan jadi ringan. Karena ada aku. Ada dirimu. Dalam cinta. Dalam kasih. Dan kitalah yang mewujudkannya.

Kasihku, cinta itu tanpa alasan. Jika masih ada alasan, itu bukan cinta. Ada banyak kekuranganku. Jika menunggu sempurna, tentu tak pernah ada. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Bukti sudah kuberikan. Mungkin masih kurang, tapi dengan melangkah bersama, kita bisa menggenggam dunia. Ini bukan aku saja, tapi juga dirimu kekasihku. Kita yang jalani. Ini milik kita. Perjuangan kita. Kau akan hidup denganku. Bukan dengan kata orang. Yang jalani kita. Bukan pula dengan ocehan orang iri. Apalagi keraguan. Dengan cinta, ayo nekad saja. Tak perlu alasan. 

Terlalu banyak pertimbangan, akan membuat kisah ini hambar. Seperti dunia tanpa kaca mata. Aku sudah lelah. Duniaku sudah buram. Apa dilarangkah aku berbahagia... Perjuangan ini masih panjang. Mari bergandeng tangan. Jalani apa yang ada. Syukuri yang kita punya. Biarkan orang lain mencemooh. Yang jalani kita. Mari sambut esok dengan gembira. Jangan kau buramkan cinta yang terus tumbuh. Karena saatnya menyatukan langkah ini.

Semoga bahagia jadi milik bersama. Bismillah Allahuma. Aku ingin melihat dunia dengan ceria. Jangan kau biarkan dunia ini tanpa kaca mata. Agar lengkap kisah ini. Agar jelas dan penuh makna. Alasan apalagi yang akan diduetkan, karena cinta membuat kuat dan tak kenal alasan dalam bahasa apapun. Datanglah, mari kita lihat dunia ini dengan penuh cinta. Bersamamu.

Malang, 11 Juni 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun