Sungguh ini hanya terpendam. Dalam dasar samudra hati. Tak hidup dan tak mati. Ada, tapi tiada.
Menunggu waktu. Ternyata, tak ada yang sempurna. Hanya menunggu. Menunggu. Dan menunggu. Hingga ditinggal pergi.
Sirna sudah kebersamaan itu. Rindu yang tak bisa kembali. Banyak pertimbangan dulu. Banyak alasan dulu. Tertunda dulu. Dan sekarang gigit jari.
Masa bagai pedang tajam. Saat datang, syukurilah. Nikmatilah. Kesempatan kedua tak pernah ada. Ditunda akan jadi kenangan. Tertinggal dimasa lalu. Dalam tumpukan sejarah.
Memendam rasa. Dalam sejuta sajak pelangi rasa. Masih ada tak bisa pergi. Tapi aku ini, aku yang sekarang. Bukan aku yang dulu. Kamu dulu, bukan kamu sekarang. Waktu dulu, bukan waktu sekarang. Dulu tak sama sekarang. Karena itu dulu, dan berbeda sekarang.
Sesal waktu. Tak bisa.Â
Malang, 5 Mei 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H